Jumat, 13 Juli 2012

Pemerintahan Dan Dinamika Politik Cina Masa Dinasti Ch'in


A.   Pemerintahan Dan Dinamika Politik Cina Masa Dinasti Ch'in (221-207 SM)
          Cina yang dikenal juga dengan nama Tiongkok merupakan kawasan atau Negara terluas di Asia. Luasnya diperkirakan sekitar 9.596.961 km. Wilayahnya sebagian besar ditutupi oleh pegunngan dan perbkitan yang memanjang dari barat ke timur. Namun pernahkah membayangkan bagaimana keadaan cina pada masa dinastinya? Mari kita lihat dinamika politik dan pemerintahan cina serta wilayahnya pada masa dinasti ch'in .
1.        Dinasti Ch'in masa pemerintahan Shih Huang Ti (221-210 SM)
Dalam waktu tiga puluh tahun dinasti Chou berakhir, Negara vassal Ch'in telah berhasil menaklukkan enam Negara vassal yang lain (Ch'I, Ch'u, Po, Sang, Yen dan Chou) yang selanjutnya berhasil mendirikan dinasti Ch'in. setelah menjadi penguasa Ch'eng menggunakan gelar Shih Huang Ti.
Shih Huang Ti (juga terkenal dengan julukan Ch'in Shih Huang Ti) dilahirkan tahun 259 SM dan wafat tahun 210 SM. Untuk memahami arti penting pribadinya, kita perlu mengetahui dulu latar belakang historis masanya. Dia lahir di penghujung tahun dinasti Chou yang didirikan sekitar 1100 SM. Berabad sebelum masanya, dinasti Chou sudah kehilangan keampuhannya selaku penguasa, dan Cina terpecah belah menjadi banyak sekali negara-negara feodal.
Berbagai raja-raja feodal ini tak henti-hentinya bertempur satu sama lain, dan lambat laun beberapa penguasa kecil melenyap. Salah satu dari negeri terkuat yang selalu baku hantam itu Ch'in, di bagian Cina sebelah barat. Pemimpin-pemimpin kerajaan Ch'in menganut mazhab filosofis legalis yang dijadikan dasar negara. Kong Hu-Cu menganjurkan agar penduduk diperintah lewat contoh suri teladan akhlak dari pemimpinnya. Tetapi, menurut mazhab filosofi legalis, rakyat tidak cukup baik diperintah lewat cara yang ditunjukkan Kong Hu-Cu, karena itu tidak mungkin ditrapkan. Mendingan, rakyat itu diawasi ketat lewat aturan-aturan keras dan dipaksa tanpa pandang bulu. Hukum dan aturan digariskan oleh penguasa dan penguasa dapat mengubah kalau dia pandang perlu untuk kepentingan politik masa depan negeri.
Keberhasilan Shih Huang Ti mempersatukan seluruh Cina. Pertama, karena Negara ch'in terletak diantara Shensi dan Kansu, letak yang sangat strategis yakni mudah mengadakan serangan dan sulit untuk diserang. Kedua, karena dia mempunyai banyak ahli tata Negara yang pandai, seperti Hertog Mu, Hertog Hsiao, Shang yang, Lu Pu Wei, Han Fei Tze dan Li Ssu. Dan bisa jadi akibat berpegang pada ide legalis, atau bisa jadi berkat kemampuan kepemimpinan Ch'in, negeri itu menjadi negeri paling kuat diantara negeri-negeri kerajaan di Cina pada saat Cheng (keturunan Shih Huang Ti di masa depan) lahir. Secara simbolis Cheng naik tahta pada tahun 246 SM pada umur tigabelas tahun tetapi dalam praktek sebuah dewan memegang pemerintahan hingga Cheng cukup dewasa di tahun 238 SM. Raja baru itu mengangkat jendral-jendral yang berkemampuan dan dengan semangat berkobar-kobar mengganyang negeri-negeri feodal yang masih tinggal. Negeri feodal terakhir rontok tahun 221 SM dan sesudah itu dia bisa memproklamirkan diri selaku Wang (raja) seluruh Cina. Sekedar memberi bobot, dalam rangka usahanya memutus hubungan dengan masa lampau, dia memakai gelar baru dan menyebut dirinya Shih Huang Ti yang maknanya "Kaisar pertama."
Shih Huang Ti segera bergegas melakukan perubahan-perubahan besar. Berdasar tekad mencegah cerai-berainya lagi Cina yang telah merusakkan kerajaan Chou, dia memutuskan menghapus habis seluruh sistem pemerintahan feodal. Wilayah yang dikuasainya dibagi-baginya menjadi 36 propinsi, dan pada tiap propinsi diangkat seorang gubernur sipil yang langsung ditunjuk oleh kaisar. Shih Huang Ti mengeluarkan dekrit bahwa gubernur propinsi tidaklah lagi berdasar keturunan. Akibat dari keputusan ini, terjadilah kebiasaan memindah-mindahkan gubernur dari satu propinsi ke propinsi lain untuk mencegah kemungkinan timbulnya pejabat daerah yang ambisius dan menyusun basis kekuatan untuk kepentingan dirinya sendiri. Tiap propinsi juga punya pimpinan militer, ditunjuk oleh kaisar dan sewaktu-waktu bisa dipindah kapan saja dia berkenan. Di samping itu ditunjuknya pula pejabat ketiga untuk memelihara keseimbangan antara gubernur sipil dan gubernur militer. Dia membangun jalan raya yang panjang dan rapi menghubungkan ibukota dengan kota-kota propinsi. Jalan raya itu dibangun sedemikian rupa --di samping arti ekonomisnya-- juga sewaktu-waktu dapat digunakan untuk gerakan tentara pusat ke daerah-daerah yang kalau-kalau banyak tingkah dan coba-coba bikin ulah yang bisa mengganggu keutuhan dan kestabilan kekuatan pusat. Shih Huang Ti pun tak lupa mengumumkan aturan bagi aristokrat-aristokrat lama yang masih hidup harus menetap di ibukota Hsieng yang dengan maksud supaya mereka dapat dengan mudah diawasi gerak-geriknya.\
Shih Huang Ti dalam rangka menahan serangan dari luar atau serangan dari bangsa bar-bar (bangsa Hsiung Nu), maka Shih Huang Ti membuat tembok besar yang terkenal dengan nama “great wall” (tembok raksasa = Wan Li Chang Cheng). diperkirakan Shih Huang Ti  yang memulai pembangunan tembok itu, namun menurut penelitian dan catatan literatur sejarah, tembok itu telah dibuat sebelum Dinasti C'hin berdiri, tepatnya dibangun pertama kali pada Zaman Negara-negara Berperang. Kaisar C'hin Shih Huang Ti meneruskan pembangunan dan pengokohan tembok yang telah dibangun sebelumnya.
Tetapi, Shih Huang Ti tidaklah puas hingga di situ. Dia tidak puas hanya sampai urusan persatuan politik dan militer semata, tetapi juga berusaha menggalang kesatuan ekonominya. Dia menentukan norma-norma ukuran baik untuk berat timbangan maupun panjang sesuatu barang. Dia menetapkan standar mata uang, macam-macam peralatan, lebar serta panjang kendaraan dan mengawasi konstruksi jalan raya dan saluran-saluran air. Dan dia juga menetapkan sistem hukum yang seragam untuk seluruh Cina berikut standar bahasa tulisan.
Perbuatan kaisar yang paling tidak termasyhur (atau barangkali yang paling tidak populer) adalah peraturan yang dikeluarkannya tahun 213 SM yang mengharuskan bakar semua buku di Cina, kecuali buku-buku yang berkaitan dengan masalah pertanian, kedokteran, catatan sejarah mengenai negara Ch'in dan buku-buku falsafah yang ditulis oleh pengarang-pengarang penganut faham legalis. Selebihnya --tidak kecuali buku-buku doktrin Kong Hu-Cu-- mesti dimusnahkan. Dengan dikeluarkannya aturan yang kelewatan ini mungkin merupakan contoh pertama adanya sensor besar-besaran dalam sejarah. Dia bermaksud melabrak habis filosofi-filosofi lawannya, khususnya faham Kong Hu-Cu. Tetapi, Shih Huang Ti memerintahkan mengkopi buku-buku yang dilarang dan disimpan di perpustakaan di ibukota.
Politik luar negerinya tak kurang keras serta kuatnya. Dia melakukan penaklukan di bagian selatan Cina, dan daerah-daerah yang ditaklukkan dimasukkan ke dalam wilayah Cina. Juga di utara dan di barat pasukannya berhasil, namun dia tidak mampu menundukkan penduduknya secara permanen. Untuk mencegah jangan sampai mereka menyerang Cina, Shih Huang Ti menghubungkan pelbagai dinding lokal yang memang sudah ada di perbatasan Cina utara sehingga menjadi jalur tembok raksasa. Tembok besar Cina itu masih utuh terdapat hingga kini. Konstruksi proyek ini berikut pertempuran-pertempuran dengan pihak luar, membebankan penduduk dengan pajak tinggi, dan ini membuatnya tidak populer. Karena pemberontakan melawan pemerintahan tangan besinya tidak mungkin, serangkaian perbuatan dilakukan orang untuk menghabiskan nyawanya. Tetapi, tak satu pun usaha pembunuhan ini yang berhasil.
Shih Huang Ti, antara lain akibat perbuatan membakar buku-buku, dikutuk oleh umumnya penulis-penulis berfaham Kong Hu-Cu di belakang hari. Mereka mengutuknya sebagai tiran, kedukun-dukunan, penuh takhyul, jahanam, anak sundal dan berkemampuan kepalang tanggung. Sebaliknya, Cina Komunis umumnya memujanya selaku pemikir progresif. Penulis-penulis Barat kadangkala membandingkan Shih Huang Ti dengan Napoleon. Tetapi, tampaknya dia lebih mirip dengan Augustus Caesar, pendiri kekaisaran Romawi. Empirium yang mereka dirikan sedikit banyak punya kemiripan dalam ukuran luas daerah dan jumlah penduduk. Bedanya, empirium Romawi berdiri jauh lebih singkat dan daerah yang diperintah oleh August Caesar tidak mampu dipersatukan dalam jangka waktu lama. Tidaklah demikian pada Shih Huang Ti. Itu sebabnya Shih Huang Ti lebih punya pengaruh ketimbang Augustus Caesar.
Dinasti ch'in penting dalam sejarah Cina, karena dinasti ini berhasil mencetuskan sistem pemerintahan kekaisaran yang berlangsung sampai dengan awal abad ke-20. Dibawah pemerintahan Shih Huang Ti, seluruh Cina berhasil dipersatukan.
Memang pada masa ini, di ch'in banyak orang-orang pandai di bidang pemerintahan, berdirinya dinasti ch'in membuka lembaran baru dalam sejarah Cina. Dinasti Ch'in dibangun diatas konsepsi ajaran golongan legalitas dibawah pimpinan perdana mentri Shang Yang. Hingga kerajaan Ch'in menjadi kuat. Pada tahun 214 SM Ch'in telah berhasil mengadakan ekspansi ke Chekiang, Fukien dan Kwangtung sampai ke sungai merah di Indocina. Tahun 215 BC ekspansi dilanjutkan ke daerah-daerah Hunan, Szechuan, Kweichow, bahkan sampai ke Korea.
Penasehat utama Shih Huang Ti adalah Li Ssu, murid Shun Tze. Yang di ingat dari ajaran- ajaran gurunya hanya bagian yang menyatakan bahwa sifat manusia pada dasarnya buruk dan ia berharap memperbaiki itu bukan dengan pelajaran melaikan dengan menggnakan hkuman-hukuman yang berat.
2.        Dinamika Pergejolakan Politik Sepeninggal Shih Huang Ti
Pada tahun 210 SM Shih Huang Ti meninggal dunia, Kaisar Pertama meninggal saat melakukan ekspedisi ke seluruh negeri. Perjalanan ini dilakukan untuk mengambil hati rakyat dan para adipati serta pangeran dari negara-negara yang ditaklukannya. Hal meninggalnya kaisar dirahasiakan selama rombongan belum sampai ke istana (dikhawatirkan akan timbul pemberontakan) sebab pada masa pemerintahannya penuh dengan kekejaman dan kebengisan.
Segera setelah Shih Huang Ti meninggal, mulailah timbul suat komplotan, memang sebelum dia meninggal sudah menulis sepucuk surat keada putra sulungnya, yakni Fu Ssu yang ketika itu berada di utara sebagai orang buangan (sebagai mandor dalam pembuatan tembok raksasa, karena menentang ayahnya ketika menghukum sastrawan yang tidak mau menyerahkan bukunya ntuk dimusnahkan). Dengan surat itu sesungguhnya Shih Huang Ti mengangkat putra sulungnya sebagai pengganti. Akan tetapi pada masa itu timbul komplotan yang terdiri dari Li Ssu (penasehat utama Shih Huang Ti) dan Chao Kao membuat surat palsu yang ditujukan kepada Fu Ssu agar supaya bunuh diri. Selanjutnya komplotan itu memaklumkan suatu sabda kaisar palsu yang mengangkat putra kedua, yakni Hu Hai sebagai penggantinya. Putera kedua inilah yang kemudian naik singhasanah dengan gelar “Erl Shih Huang Ti”, yakni kaisar kedua, suatu gelar yang dignakan menurut Shih Huang Ti, yang ingin melihat sejarah Tiongkok dimulai dari kejayaannya.
Erl Shih Huang Ti, ternyata dalam hal kesombongan dan pembawaan sama dengan ayahnya, tetapi tidak cakap akan tetapi dibawah pengaruh Chao Kao. Hingga yang berpengaruh waktu itu adalah Chao Kao dan Li Ssu. Huhai menggantikan ayahnya dibawah pengaruh Chao Kao dan Li Ssu menyuruh Fusu serta Jenderal Meng Tian bunuh diri dengan tuduhan melakukan pemberontakan. Chao Kao melakukan hal ini karena ia ingin mempertahankan kedudukannya, karena ia akan dicopot dari jabatannya jika ketahuan suka menjilat dan korup oleh Fu Ssu, sedangkan Li Ssu karena ia pernah berseteru dengan Fusu saat menangani masalah cendekiawan aliran Konfusius.
Namun di istana akhirnya timbul suatu kekacauan akibat pemalsuan surat wasiat. Selanjutnya Chao Kao membunuh pembantu-pembantu Shih Huang Ti seperti Meng Tien dan Li Ssu.bersamaan dengan itu di daerah muncul pemberontakan yang dipimpin oleh Chen She. Adapun latar belakangnya, rombongan mereka dating terlambat untuk membuat tembok di daerah utara.padahal ada sanksi barang siapa yang terlambat akan dihukum, maka rombongan itu memutuskan sebelum hukuman dijatuhkan lebih baik mereka memberontak. Namaun kemudian ada tahun 207 BC Erl Shih Huang Ti dibunuh oleh Chao Kao. Sebagai penggantinya diangkat cucu Shih Huang Ti yakni Tze Ying.
Setelah Tze Ying menaiki singhasanah, ia mengetahui perbuatan-perbuatan Chao Kao, maka ia memerintahkan untuk membunuh Chao Kao beserta keluarganya. Dengan ini berarti situasi kerajaan semakin kacau. Yang kemudian kekacauan ini digunakan pemberotak untuk merebut tahta kekuasaan. Pemberontakan ini dibawah pimpinan Hsiang Yu yang berhasil memasuki istana dan membunuh Tze Ying. Dengan meninggalnya Tze Ying berarti berakhirlah dinasti ch'in.  










DAFTAR PUSTAKA
Leo Agung S. 2007. “Sejarah Asia Timur”. Surakarta. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS, UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)
Michael H. Hart. 1978. “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah”. Jakarta Pusat. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jln. Kramat II, No. 31A
Refinaldi Umra. 2004. “The East Asia”. Pekanbaru. Lestari
Ikbal Syukur. 2007. “Sejarah Asia Timur”.
Giles, Herbert Allen. 1911 . “The Civilization of China”. A general history, originally published around.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar