Minggu, 29 Juli 2012

Intelektualitas Kyai Haji Ahmad Dahlan

KYAI HAJI AHMAD DAHLAN
2.1. BIOGRAFI KYAI HAJI AHMAD DAHLAN
            Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun, Kyai pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Muhammad Darwisy mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, Kyai bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, Kyai sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, Kyai mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

2.2. LATAR BELAKANG KELUARGA KYAI HAJI AHMAD DAHLAN
Sepulang dari Mekkah, Kyai menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dalam pernikahan dengan Siti Walidah, Kiai Haji Ahmad Dahlan memperoleh beberapa putra-putri yaitu, Johanah lahir tahun 1980, yang kemiudian menikah dengan Haji Hilal sebagai istri pertama dan menjadi ibu dari Drs. Wahban Hilal; 2) Haji Siradj Dahlan (1889-1948) dan menjadi direktur Madrasah Mualimin Muhammadiyah, 3) siti busjro (lahir tahun 1903), yang kemudian menjadi istri kedua Haji Isom Jafar; 4) Siti Aisyah (1905-10 agustus 1968), yang kemudian menjadi istri kedua Haji Hilal, setelah istrinya yang pertama (Johanah) meninggal dunia. Beliau terkenal dengan nama Aisyah Hilal; 5) Irfan Dahlan, (1907-1967), sewaktu kecil terkenal dengan nama Jumhan, dan berada di Bangkok; 6) Siti Zuharah (1908-1967), yang menikah dengan Haji Masjkur Banjarmasin.
Disamping itu Kiai Haji Ahmad Dahlan, menikah pula dengan Nyai Abdullah, janda dari Haji Abdullah dan berputrakan R. H. Duri. Kiai Haji Ahmad Dahlan juga memperistri Nyai Rum, adiknya Kyai Munawar Krapyak (Yogyakarta), dan mempunyai seorang putra laki-laki yang meninggal dunia sewaktu masih bayi. Nyai Rum adalah bibi dari Prof. Kahar Muzakir. Selanjutnya, dalam perkawinannya dengan ibu Nyai Aisyah (yaitu adik ajengan penghulu cianjur), Kiai Haji Ahmad Dahlan memperoleh seorang putri bernama dandanah. Perkawinan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan istri-istri beliau itu berlangsung dalam waktu yang tidak lama. Lagipula, semua istri Kyai Haji Ahmad Dahlan, selain ibu Walidah, adalah janda-janda yang sudah ditinggal suaminya karena wafat dan memerlukan perlindungan dari seorang suami. Yang terkenal dengan sebutan Nyai Haji Ahmad Dahlan hanyalah ibu Walidah.perlu diketahui, bahwa hubungan Kiai Haji Ahmad Dahlan, baik sebagai seorang suami maupun sebagai seorang ayah dengan istri dan putra-putranya adalah baik, sesuai dengan tuntunan islam.
2.3. PENDIDIKAN KYAI HAJI AHMAD DAHLAN
            Secara formal K.H. Ahmad Dahlan bisa dikatakan tidak pernah memperoleh pendidikan. Pengetahuannya sebagaimana diperoleh dari otodidaknya. Sementara kemampuan dasar baca tulis ia peroleh dari ayahnya sendiri, sahabat dan saudara iparnya.
Namun demikian, menjelang dewasa, K.H. Ahmad Dahlan belajar ilmu Fiqih kepada Kyai Haji Mahmud Saleh, dan ilmu Nahu kepada Kyai Haki Muhsin. Seorang gurunya yang lain adalah Kyai Haji Abdul Hamid. Pengetahuan Kyai dalam ilmu Falaq, diperoleh dari gurunyayaitu Kyai Haji Raden Dahlan salah seorang ptra Kyai Termas. Selanjutnya ilmu Hadist  dipelajarinya dari Kyai Mahfud dan Syech Khyyat.
Disamping pengetahuannya di atas, Kyai Dahlan belajar qiro'atul qur'an pada Syech Amin dan Sayid Bakri Satock. Selanjutnya Kyai juga belajar ilmu pengobatan dan racun binatang dari Syech Hasan.
Sangatlah banyak orang cerdik pandai pada masa itu yang dijadikan Kyai sebagai guru. Mereka itu antara lain adalah R. Ng. Sosro Soegondo, R. Wedana Dwijosewojo dan Syech M Yamin Jambek dari Bukittinggi.
Pengetahuan K.H. Ahmad Dahlan yang luas dan mencakup berbagai disiplin, menjaadikan K.H. Ahmad Dahlan tumbuh sebagai orang yang arif dan tajam pemikirannya serta memiliki pandangan yang jauh ke depan.
Rasa ingin tahu yang besar, mendorong Kyai memamfaatkan setiap kesempatan untuk belajar. Demikian pula ketika ia naik haji  ketika dewasa berusia 22 tahun yaitu pada tahun 1890, waktu yang ada digunakannya untuk belajar pada Imam Syafi'I Sayyid Bakir Syantha selama sekitar 2 tahun. Demikian pula ketika beliau sempat naik haji 13 tahun kemudian (1903) bersama putranya Siraj Dahlan yang berusia 13 tahun. Kyai kemudian selama 1,5 tahun bermukim di Mekkah untuk memperdalam ilmu Fiqih dan ilmu Hadist.
Disamping itu cintanya akan ilmu ditunjukkan oleh peristiwa yang terjadi pada tahun 1892. Pada tahun tersebut seseorang memberi uang sebesar 500 gulden dengan maksud untuk modal berniaga, namun demikian, uang yang mestinya untuk modal kerja itu beliau belikan buku-buku dan kitab.
Sebagaimana pernah disebut, dalam ilmu Fiqih, beliau berguru kepada Kyai Mahfud Termas, dan ilmu Hadist kepada Sayyid Baabussijjil dan Mufti Syafi'i, selain Kyai belajar kepada gru-guru tersebut, Kyai juga mempelajari dan memperdalam ilmu Falaq dan Qiro'ah pada gurunya Kyai asy'ari Baceyan dan Syech Ali Mishri Makkah.
Pada saat Kyai mukim yang kedua di Mekkah pada tahun 1896 pada saat menjabat khatib , beliau bertemu dan bertukar pikiran dengan ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah, seperti : Syech  Muhammad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, Kyai Faqih Kumambang dari Gresik.
Buku yang banyah dibaca disamping ketekunannya berguru telah memperkaya pengetahuan Kyai dalam berrbagai hal. Buku yang Kyai baca antara lain ilmu kalam dari buku Ahlus Sunnah Wal Jamma'ah yang mengandung pemikiran filosofis, buku fiqihnya Imam syafi'I, kitab tasaufnya imam Al-Ghazali, dan kitab-kitab yang ditulis oleh Syech Muhammad Abduh dan Ibnu Tamiyah.

2.4. PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN
            Semboyan pendidikan yang dikembangkan Kiai Ahmad Dahlan “jadilah guru sekaligus murid”ternyata mampu menggerakkan pengikut Muhammadiyah sehingga gerakan ini berkembang cepat dan meluas ke seluruh lapisan masyarakat.dengan menjadi guru, pengikut Muhammadiyah bertugas menyebarkan gagasan perbaikan hidup berdasar islam kepada semua orang dan kelompok orang. Sementara dengan menjadi murid, pengikut Muhammadiyah harus membuka diri belajar kepada siapa dan dimanapun untuk menambah ilmu.
            Dengan semboyan 'jadilah guru sekaligus murid' masyarakat digerakkan untuk saling belajar dan terbuka terhadap dunia luar. Karena itu semua kegiatannya disebut “amal-usaha” yang mengandung arti sebagai ikhtiar (usaha) sehingga semua kegiatan rital islam berfungsi langsung bagi perbaikan hidup warga masyarakat (Alfian, 1989; Mulkhan, 1990;2000)
            Muhammadiyah menggerakkan pengikutnya bersama masyarakat sekitar untuk membentuk kelompok-kelompok yang disebut gerakan jamaah dan dakwah jamaah. Kegiatan utama dari jamaah ini ialah melakukan pendidikan bagi dirinya sendiri sekaligs mencukupi kebutuhan sendri dengan menggerakkan pengelolaan zakat, zakat fitrah, infak dan sodaqoh melalui apa yang disebut dengan pengajian. Dimasa kiai haji ahmad dahlan kegiatan inilah yang disebut pendidikan desa dengan guru keliling.dikemudian hari, kegiatan semacam ini dikenal dengan tabligh atau pengajian, selanjutnya menjadi tradisi pemeluk islam terutama yang tergolong kaum santri (Geertz, 1983)
            Selain hari jum'at dan pengajian rutin, dihari besar-besar islam, seperti maulid atau kelahiran nabi, isra'-mi'raj, hijrah, puasa ramadhan, bulan haji, diselenggarakan pengajian dengan peserta yang lebih besar dari kelompok jamaah.
            Muhammadiyah menggerakkan seluruh pemeluk islam (pria-wanita) keluar ke tempat-tempat terbuka di dua hari raya (Fitrah dan Haji) untuk menunaikan shalat hari raya.tujuannya adalah untuk mengembirakan umat islam sebagai kesatuan kolektif dalam menjalankan ibadah, selain menganjurkan tidak melakukan pemborosan dalam berhari raya dengan membeli pakaian baru dan membuat jajanan yang kurang perlu. Sebaliknya gerakan ini menggerakkan masyarakat untuk membayar zakat fitrah bagi yang memiliki sisa makanan dan menyembeli korban (jika perlu secara berjamaah). Zakat fitrah dan daging korban yang dikelola oleh lembaga amil (panitia) kemudian dibagikan pada fakir-miskin. Seluruh pemeluk islam tidak penting apakah pengikut Muhammadiyah atau bukan, kini terbiasa membentuk panitia zakat fitrah dan korban kemudian membagi-bagikannya kepada fakir-miskin (Mulkhan, 1990).
2.4.1. Gagasan Islam Kiai Ahmad Dahlan 
            Konsepsi sosial Muhammadiyah dari gagasan yang muncul dari aksi pemikiran Kiai Ahmad Dahlan. Dimana pandangan Kiai Ahmad Dahlan : “jalan yang betul itu yakni agama islam sejati. Inilah agama islam sejati dengan pendek: agama itu ada dua bahagiaanya yaitu yang lahir dan yang bathin. jadi, orang islam yang sudah mulai bangun itu harus dipimpin kepada islam yang sejati, yakni lahir dan bathin.” Dari sini dikembanhgkan prinsip pengajaran dengan memihak yang menderita, meletakkan persatuan pada keputusanbersama yang paling kecil dengan menghidupkan akal pikiran.
            Pandangan islam Kiai Ahmad Dahlan bisa pula dikaji dari rumusan tujuan Muhammadiyah semasa kepemimpinannya, sebagai berikut:
1)      “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumi putera di dalam residensi Yogyakarta”
2)      “memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya”. Kegiatannya meliputi:
1.      “memperdirikan dan memiara atau menolong dalam pengajaran , yang selainnya pengajaran biasa di sekolahan, juga dipelajari pengajaran agama islam seperlunya”.
2.      “mengadakan perkumpulan anggota-anggota dan lain anggota yang suka datang, yakni membicarakan perkara-perkara agama islam”.
3.      “memperdirikan dan memiara atau menolong langgar-langgar
(wakaf dan masjid)yang mana terpakai melakukan hal agama atau menetapi keperluan agama islam seperlunya”. Dan
4.      “mengeluarkan sendiri atau member pertolongan kepada mengeluarkan bku-buku, surat sebaran, surat sebitan atau surat-surat kabar yang di dalamnya memuat perkara-perkara islam, hal kebaikannya kelakuan pengajaran dan kepercayaan yang baik, yang masing-masing tjuannya bisa mendapatkan maksudnya perhimpunan itu, tetapi sekali-sekali tidak boleh nerjang wetwetnya negeri atau melanggar peraturan-peratran umum atau hal kelakuan yang baik.
Kiai Ahmad Dahlan memandang ketaatan syariah adalah hasil dari ketaatan bathiniah. Farid ma'ruf mengatakan keagamaan Kiai Ahmad Dahlan seperti sufi-nya imam Al Ghazali. Pemurnian islam, jika istilsh ini tetap dipakai bagi Kiai Ahmad Dahlan, Nampak diletakkan pada penyadaran peran umat dalam kehidupan sosial yang harus mandiri bebas dan mengubah nasibnya dalam sejarah. Hal ini berbeda dari ideologisasi anti tahyul, bid'ah dan k©hurufat (TBC)
Penekanan kesalehan bathin Kiai Ahmad Dahlan berbeda dari sakralisasi organisasi dan pelembagaan kesalehan yang lebih menekankan kesalehan syariah. Program spiritualisasi syariah, lebih sesuai peran hati-suci sebagai fondasi kesalehan spiritual dan relativisme pluralistic Kiai Ahmad Dahlan sebagai dasar sikap terbuka, kritis dan kreatif dalam mencari kebenara.
Pandangan itulah yang kemudian dikenal dalam gagasan islam inklusif, seperti penolakan Kiai Ahmad Dahlan terhadap fanatisme keagamaan sebagai dasar pencarian kebenaran . baginya, tradisi TBC adalah karena kebodohan, yang kuncinya ialah pendidikan bagi penyempurnaan akal kritis dan bebas kretif. Hal ini berbeda denganfundemantisme yang meletakkan situasi sosial-politik sebagai ancaman dalam pemikiran Mihammadiyah dikemudian hari.program spiritual syariah nampak berbeda dari sikap eksklusif tersebut.
Pokok pandangan Kiai Ahmad Dahlan bisa dilihat dari kutipan ringkas berikut: “sebagian besar pemimpin belum menaruh perhatian pada kebaikan dan kesejahteraan manusia akan tetapi baru memperhatikan kaum dan golongannya sendiri bahkan badannya sendiri.” Bagi Kiai kebenaran dan kesalehan ialah kesediaan memperjuangkan kesejahteraan seluruh manusia, tidak terbatas golongannya sendiri.bkiai menyatakan bahwa mereka ialah: “…orang-orang yang benar-benar menemukan hal-hal yang baik bagi sebagian besar orang serta mereka yang berpikir secara dalam dan luas…dalam menentukan baik-buruk, betul-salah hanyalah hanyalah hokum yang sah dan sesuai denagn hati yang suci”.
Selain hati yang suci , ia jga menyebt fungsi “akal pikiran yang suci”, yang menurt pendapatnya ialah pembuatan keptusan yang bukan merupakan keputusan yang dibuat sendiri.
Dalam sidang tahunan 1922, Kiai Ahmad Dahlan menyatakan, kebahagiaan dunia-akhirat harus dicapai dengan pengetahuan yang benar dari hasil penelitian. Kecerdasan ialah kemampuan mengatasi penderitaan disertai selalu ingat kepada tuhan. Dalam kongres islam Cirebon, Kiai Ahmad Dahlan menyatakan, karena persamaan kedudukan tidak perlu perantara dalam ibadah.
Karena itu, menurut pandagan Kiai, manusia harus bekerja sama dengan semua pihak, walaupn berbeda agama. Perubahan kehidupan manusia dan alam, bersifat kausal seperti temuan penelitian. Pandangan ini berbeda dengan ketergantungan kehendak mutlak pada Tuhan sebagaimana riumusan tarjih seperti pandangan kaum sunni.
Bagi Kiai Ahmad Dahlan kesalehan ialah pencarian kebenaran tanpa final, terbuka berdialog dengan semua pihak yang berbeda. Suatu pengambilan kesimpulan (keputusan) adalah benar jika: (a)Paling kecil pertentangannya,(b) dilakukan dengan mendengar, membanding dan menimbang segala pendapat, (c) sesuai dengan akal dan hati suci. Kiai selanjutnya menyatakan bahwa keikhlasan adalah dasar hidup sosial, dan mencapai tujuan berdasar teori dan keterampilan.
2.4.2. Akal dalam Pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan
            Tidak banyak naskah tertulis dan dokumen yang dapat dijadikan bahan untuk mengkaji dan merumuskan pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan. Naskah agak lengkap terdapat alam penerbitan Hoofbestuur Taman Pustaka pada tahun 1923 sesaat setelah Kyai wafat. Majlis Taman Pustaka menyatakan bahwa naskah diatas sebagai buah pikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan.
            Sesuai dengan sumber dan bahan yang ada, pokok-pokok pikiran dan pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagaimana uraian di bawah ini :
1.      Dalam bidang aqidah, pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan sejalan dengan pandangan dan pemikiran ulama SALAF.
2.      Menurut pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan, beragama itu ialah beramal : artinya berkarya dan berbuat sesuatu, melakukan tindakan sesuai dengan isi pedoman Al-Qur'an dan sunnah. Orang yang beragama adalah orang orang yang menghadapkan jiwanya dan hidupnya hanya kepada Allah SWT. Yang dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan, seperti : rela berkurban baik harta benda miliknya dan dirinya, serta bekerja dalam kehidupannya untuk Allah.
3.      Dasar pokok hokum islam ialah Al-Qur'an dan Sunnah. Jika dari keeduanya tidak diketemukan kaidah hukum yang eksplisit maka ditentukan berdasarkan kepada penalaran dengan mempergunakan kemampuan berpikir logis (akal pikiran) serta Ijma' dan Qiyas.
4.      Terdapat lima jalan untuk memahami Al-Qur'an yaitu, memahami artinya, memahami maksudnya (tafsir), selalu bertanya kepada diri sendiri, apakah larangan dan perintah agama yang telah diketahui telah ditinggal dan perintah agamanya telah dikerjakan, tidak mencari ayat lain sebelum isi ayat sebelumnya dikerjakan.
5.      Kyai Haji Ahmad Dahlan menyatakan bahwa tindakan nyata adalah wujud konkrit dari penterjemahan Al-Qur'an, dan organisasi adalah wadah dari tindakan nyata tersebut. Untuk memperoleh pemahaman yang demikian, orang islam harus selalu memperluas dan mempertajam kemampuan akal pikiran dengan ilmu manthiq atau logika.
6.      Sebagai landasan agar seseorang suka dan bergembira maka orang tersebut harus yakin bahwa mati adalah bahaya ,akan tetapi  lupa kepada kematian merupakan bahaya yang jauh besar dari kematian itu sendiri. Disamping itu, Kyai menyatakan selanjutnya, bahwa harus ditanamkan dalam hati seseorang ghirah dan gerak hati untuk maju dengan landasan moral dank e-ikhlasan dalam beramal.
7.      Kuci persoalan peningkatan kualitas hidup dan kemajuan umat islam ialah pemahaman terhadap berbagai ilmu pengetahuan yang sedang berkembang dalam tata kehidupan masyarakat. (dalam kaitannya dengan pandangan ini Kyai menyampaikan pesan “menjadilah insinyur, guru, master dan kembalilah berjuang dalam Muhammadiyah”).
8.      Pembinaan generasi muda (kader) dilakukan Kyai dengan jalan interaksi langsung.  Untuk melaksanakan teorinya tersebut Kyai mendirikan kepanduan yang kemudian diberi nama hizbul wathan, pengajian pemuda remaja yang dikenal dengan nama fathul asrar miftahus sa'adah.
9.      Startegi menghadapi perubahan social akibat modernisasi adalah merujuk kembali Al-Qur'an, menghilangkan sikap fatalism, sikap taklid. Stategi tersebut dilaksanakan dengan menghidupakan jiwa dan semangat ijtihat melalui peningkatan kemampuan berpikir logis-rasional dan mengkaji realitas social.
10.  Objek gerakan dakwah Muhammadiyah meliputi rakyat kecil, kaum fakir-miskin para hartawan dan para intelektual.
Sehubungan dengan pokok-pokok pikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan, Kyai Haji AR. Fachruddin (ketuan PP Muhammadiyah sejak 1968) dalam buku menuju Muhammadiyah, diterbitkan oleh PP Muhammadiyah Majlis Tabligh, tahun 1984 menyatakan bahwa yang dokerjakan Kyai Haji Ahmad Dahlan sepanjang kepemimpinannya dalam Muhammadiyah adalah :
1.      Meluruskan Thauhid, peng-Esaan terhadap Allah subhanahu wata'ala. Hanya Alllah yang wajib disembah. Hanya Allah yang wajib ditaati perintahnya dan dijauhi larangannya. Hanya Allah yang maha besar, maha kuasa, maha mengetahui, maha pandai. Ringkasnya hanya Allah yang maha sempurna.
2.      Hanya Allah yang Al Khaliq dan selain Allah semua makhluk. Karenanya semuanya pasti hancur dan hanya Allah yang abadi.
3.      Hbngan kita langsung kepada Allah, tanpa perantara siapa/apa. Karenanya yang kita mohoni hanya Allah sendiri. Menyekutukan menduakan Allah adalah dosa yang paling besar, dosa yang tidak dapat diampuni, kalau tidak benar-benar bertaubat kepada Allah dengan thaubatan nasuha, thaubat yang sungguh-sungguh.
4.      Meluruskan cara-cara beribadat menurut contoh ataupun yang diperintahkan oleh Rasulullah Nabi Muhammad sallahu 'alaihi wasalam. Ibadat itu haruslah ada perintah dari Allah, contoh-contoh dan perintah rasullullah. Ibadat tidak dibenarkan kalau hanya diperintahkan oleh seseotrang. Walaupun yng memerintahkan itu guru, atau pengasa ataupun seseorang yang kaya raya sekalipun.
5.      Mengembangkan akhlaqul kari-mah dan etika social.
6.      Mengembangkan tata hubungan sosial sesuai dengan tuntunan islam.
Secara garis besar pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah sebagaimana dikemukakan oleh R.H Hadjid dalam ; falsafah ajaran KHA. Dahlan dan 17 kelompok ayat-ayat Al-qur'an ; ajaran Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dua buku tersebut oleh penyusunnya yang pernah beberapa tahun menjadi murid Kyai, dinyatakan mengandung pokok pemikiran dan ajaran Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Sebagai seorang pemimpin, menurut R.H Hadjid, Kyai memiliki beberapa keutamaan dibandingkan dengan pemimpin islam lainnya. Kelebihan dan keutamaan tersebut ialah: 1. Cerdas 2. Tinggi rasa khouf-nya terhadap Allah dan 3. Memiliki strategi metologi memahami kebenaran islam bagaikan strategi militer. Beliau mampu menggunakan senjata lebih baik dari yang memiliki.
Pokok pikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam buku tersebut, merupakan (7) kerangka pemikiran yaitu :
1.      Ulama adalah orang yang berilmu dan hatinya hidup (kreatif), serta mengembangkan ilmunya dengan ihklas. Jiwa ihklas dilukiskan sebagai seseorangg yang mengerti hakikat hidup dan dunia, sehingga ia tidak takut menghadapi mati, akan tetapi selalu mengingat akan datangnya kematian.
2.      Untuk mencari kebenaran orang tidak boleh merasa benar sendiri. Oleh karena itu orangg tersebt harus berani berdialog dan diskusi dengan semua pihak walaupun dengan orang atau golongan yang bertentangan dan berbeda pendapat.
3.      Bersedia merubah pikiran dengan sikap terbuka. Sikap demikian menjadikan seseorang selalu berusaha memperbaharui, memikirkan dan menyelidiki tindakan dan pikiran yang sudah biasa dilakukan. Orang yang bersikap tterbuka tidak akan mengikatkan diri kepada tradisi dan rutinitas.
4.      Dalam mencapai tujuan hidup, manusia harus bkerjasama dan dengan menggnakan akal.
5.      Cara mengambil keputusan yang benar harus dilakukan dengan kesediaan mendengarkan segala pendapat, berdiskusi dan membandingkan serta menimbang baru kemudian memutuskan sesuai akal pikiran. Keputusan akal pikiran harus berdasarkan kepada pertimbangan akhlak (etika) yaitu ketentuan baik dan buruk berdasarkan hati yang jernih.
6.      Berani mengorbankan harta benda dan milik untuk membela dan menegakkan kebenaran.
7.      Mempelajari teori-teori pengetahuan dan keterampilan melalui proses bertingkat.
Menurt R.H. Hadjid Kyai sering mengulang kaji 17 ayat Al-Qur'an yang ditulis dalam kamarnya . ke 17 ayat dapat dikelompokkan kedalam 14 surat yaitu : 1. Aljat-siyah ayat 23, 2. Al fajr ayat 16-23, 3. Al-Ma'un ayat 1-4, 4. Ar Rum ayat ayat 30, 5. At-Taubah ayat 34-35, 6. Al Ashr, 7.  Al-Ankabut ayat 2, 8. Az Zuma'r ayat 2 dan al Ahzabayat 21, 9. Ali Imran ayat1-2 da 32, 10. Al An'am ayat 162, 11. Al Qariah ayat 6-11, 12. Sha-f ayat 3-4, 13. At-Tahrim ayat 6, 14. Al Hadi-d ayat 16. Yang berisi tentang kandungan-kandungan ibadah dan perbuatan.
Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan juga dapat dilihat dalam naskah pidato yang disampaikannya pada kongres ke 12 Muhammadiyah tahun 1923, dimana dalam pidato yang disampaikan Kyai sekitar 30 menit berisi pemikiran kyai yang memandang bahwa “Al-Qur'an dan sunnah adalah pedoman kaum muslimin, dan bid'ah adalah kesesatan”. Secara rinci iti-inti pidato tersebut terdiri dari pokok pikiran dibawah ini.
1.      Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan tuhan. Pengetahuan itu dapat dicapai dengan sikap kritis dan teerbka dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan didasari hati yang suci.
2.      Akal adalah kebtuhan dasar kehidupan manusia.
3.      Ilmu manthiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagii akalmanusia yang hanya akan dicapai jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah.
4.      Kerjasama adalh prinsip kesatuan hidup yang dapat ditempuh dengan metode Al-Qur'an.
5.      Prinsip kesatuan hidup merupakan syarat mutlak pengembangan manusia.
6.      Kekelahan dan kebodohan pemimpin-pemimpin islam disebabkan oleh ketidakpedulian mereka terhadap kesejahteraan hidup dan nasib rakyat.
7.      Kritik terhadap tradisi merupakan langkah awal menuju kesatuan hidup.
8.      Perpecahan dan kehancuran hidup manusia disebabkan karena kebodohan.
9.      Kebaikan dan kecerdasan adalah kesediaan memahami pikiran yang baik dan bijaksana.
10.  Orang yang kuat adalah orang bersedia mengakui kebenaran dan kebaikan orang lain.
11.  Mengerti itu lebih mudah disbanding berbuat berdasar pengertian tersebut. Oleh karena itu orang yang mengerti jauh lebih banyak dari orang yang beramal berdasarkan pengertiannya.
Melihat berbagai prinsip pemikiran Kyai tersebt di atas Kyai Haji Ahmad Dahlan menempatkan akal  dan logika sebagai basis pengetahuan.
Muhammadiyah mempelopori pengelolaan perjalanan haji ke tanah suci secara modern dengan mendirikan kapal haji. Perjalanan haji itu kini dikelola pemerintah, yakni departemen agama.
            Semboyan pendidikan yang dikembangkan Kiai Ahmad Dahlan “jadilah guru sekaligus murid”ternyata mampu menggerakkan pengikut Muhammadiyah sehingga gerakan ini berkembang cepat dan meluas ke seluruh lapisan masyarakat.dengan menjadi guru, pengikut Muhammadiyah bertugas menyebarkan gagasan perbaikan hidup berdasar islam kepada semua orang dan kelompok orang. Sementara dengan menjadi murid, pengikut Muhammadiyah harus membuka diri belajar kepada siapa dan dimanapun untuk menambah ilmu.
            Beberapa tahun sebelum Muhammadiyah resmi berdiri, Kiai Dahlan sudah menyelenggarakan model sekolah yang kemudian dikenal sebagai proyek modernisasi pendidikan islam. Bentuk kelembagaan pendidikan yang dikembangkan Muhammadiyah itu hinggah saat ini memeng Nampak parallel dengan yang dikembangkan Kiai Ahmad  Dahlan. Namun praktek pendidikan Muhammadiyah, selain belum jelas, Nampak berbeda dari gagasan dasar Kiai Ahmad Dahlan ketika melakukan modernisasi pendidikan bagi umat waktu itu.
2.5. KYAI HAJI AHMAD DAHLAN DAN AWAL MUHAMMADIYAH
            Kiai Haji Ahmad Dahlan itu pendidik dan organisator yang selalu melihat kearah kemajuan. Sebelum muhammadiyah berdiri Kiai Haji Ahmad Dahlan sudah mengajarkan dasar-dasar agama islam kepada berbagi sekolah negeri, antara lain sekolah sekolah guru kweekschool yang juga kadang-kadang disebut sekolah raja di Jetis., Yogyakarta, sekolah Pamong Praja atau OSVIA, yaitu kependekan dari Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaren, dan sebagainya.
Kiai Haji Ahmad Dahlan memeng mempunyai tujuan dan rencana yang jelas. Beliau sengaja menyampaikan pelajaran agama islam kepada orang banyak, terutama kepada mereka, khususnya pemuda-pemuda yang dinilainya kelak akan menjadi pemimpin bangsa. Pemuda-pemuda Indonesia yang dimasa depan akan menduduki jabatan penting dalam konstelasi Negara dan masyarakat.
Pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan itu sungguh tepat. Lagipula Kyai Haji Ahmad Dahlan memperlihatkan sikap yang baru. Kebanyakan kyai pada zaman itu bersikap pasif. Mereka itu mengajar agama di rumah atau disurau. Murid-murid yang mendatangi kyai untuk menimba ilmu. Kyai Haji Ahmad Dahlan berpendirian lain. Beliau selalu menganjurkan agar para kyai memanggil murid-murid, para kyai supaya mencari murid-murid.
Selain hal tersebut diatas kyai ahmad dahlan juga melakukan kegiatan sambung rasa, dimana kyai sering mengundang sahabat, tokoh dan ulama-ulama ke rumahnya, tamu dijamu dengan hidangan yang cukup lezat, begitulah seterusnya sehingga para tamu yang sering berjamu tersebut mulai sadar mengapa acaranya hanya makan dan mengucapkan terimah kasih, hingga suatu hari ketika diadakan jamuan lagi, seorang tamu Kyai Haji Ahmad Dahlan bertanya spontan,” pak kyai mengapa hanya makan dan minum saja? Mengapa tidak diberi pengajian. Setelah itu Kyai Haji Ahmad Dahlan mengadakan pengajian, dimana dalam pengajian kyai menyampaikan betapa pentingnya umat islam menyisihkan sebagian hartanya untuk brinfak, sedekah dan zakat. Setelah pengajian mereka menyerahkan sebagian hartanya kepada Kyai Haji Ahmad Dahlan. Selanjutnya, uang tersebut dimanfaatkan Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk membangun gedung madrasah pertama yang berkembang menjadi pondok pesantren.
            Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang yang suka beramal. Beliau memang selalu memberikan ilmunya kepada murid-muridnya dan juga selalu mengajak agar umat islam ihidup dengan tuntutan agama. Kyai Haji Ahmad Dahlan mempunyai kemauan besar untuk bersama-sama membangun serta mengadakan jemaah yang bertujuan menyiarkan agama islam dan guna membuahkan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Kyai Haji Ahmad Dahlan bercita-cita mendirikan perkumpulan, tetapi perkumpulan itu tidak terus langsung didirikan bertahap. Mula-mula dipraktekan dulu dalam bentuk pendidikan, seakan-akan pendirian pendidikan itu menjadi tingkat persiapan kearah persyarikatan yang sebenarnya.
Kyai Haji Ahmad Dahlan seorang pendidika dan organisator yang berhaluan maju. Pada tahun 1911, di Yogyakarta, beliau mendirikan sekolah agama dengan nama “Sekolah Muhammadiyah”.
Kyai Haji Ahmad Dahlan tidak mengajar murid-muridnya disurau seperti kelaziman waktu itu. Beliau menggunakan sebuah gedung sebagai tempat belajar. Gedung itu milik ayahnya. Kyai Haji Ahmad Dahlan juga menggunakan papan tulis dan meja sebagai alat pengajaran. Kepada murid-murid Kyai Haji Ahmad Dahlan tidak hanya mengajarkan pelajaran agama. Pada waktu itu pengajian agama islam hanya mempelajari pengetahuan agama. Tetapi, di sekolah “Muhammadiyah”, disamping pendidikan agama juga diajarkan huruf latin dan ilmu-ilmu umum, seperti berhitung, ilmu bumi, ilmu tubuh manusia, dan sebagainya. 
Murid-murid dan kawan Kyai Haji Ahmad Dahlan mendesaknya untuk mendirikan persyarikatan guna melaksanakan cita-cita pembaruan agama islam. Mereka menyarankan dan mendorong Kiai Haji Ahmad Dahlan untuk mewujudkan cita-citaya dalam kehidupan masyarakat Islam Indonesia. Mereka melihat dan merasakan betapa tingginya dan luhurnya cita-cita Kiai Haji Ahmad Dahlan itu. Kyai Haji Ahmad Dahlan ingin mengadakan pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agamaislam. Kiai selalu mengajak umat islam untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Quran dan Hadist.
Kemudian hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 18 november 1912 bertepatan dengan tanggal 8 Zulhijjah. Kiai Haji Ahmad Dahlan dengan bantuan para pemuda, murid-murid dan para sahabat-sahabatnya mendirikan sebuah perkumplan atau persyarikatan yang bernama “Muhammadiyah”.
            Secara garis besar Muhammadiyah berusaha mengihupkan kembali ajaran islam yang asli dan murni dan hidup sepanjang kemauan agama islam, dengan kata lain mengetrapkan ajaran islam sebagai pandangan hidup dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Sebenarnaya, timbulnya cita-cita untuk mendirikan persyarikatan Muhammadiyah pada hati sanubari Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah karena dorongan sebuah ayat firman Allah yang telah ditelaahnyabenar-benar, yaitu surat Ali-imran , 104 yang artinya:
“Adakanlah diantara kamu segolongan umat yang menyuruh menusia kepada keutamaan dan menyuruh berbuat kebajikan serta mencegah berlakunya perbuatan yang mungkar. Umat yang demikian itulah yang akan berbahagia.”
            Dalam hal nama  menurut Junus Salam, pernah ditanyakan oleh bapak Soedja, yaitu seorang murid dan kader Kyai Haji Ahmad Dahlan sendiri. Ditanyakan, mengapa kyai mengamil nama muhammadiyah yang kedengarannya seperti nama seorang wanita. Memang banyak nama wanita islam yang berakhiran iyah, seperti munjiah, Fatimah saadah, dan sebagainya.
            Kyai Haji Ahmad Dahlan menjawab,”muhammadiyah itu bukan nama seorang perempuan, melainkan berarti umat Muhammad utusan tuhan yang penghabisan.”
            Ditilik dari segi etimologi, nama muhammadiyah itu berasal dari bahasa arab “Muhamad”, yaitu nama rasulullah SAW. Yang membawa agama islam, dan muhammadiyah berarti pengikut nabi Muhammad.
            Nama Muhammadiyah mengandung pengertian sebagai kelompok orang yang berusaha mengidentifikasikan dirinya atas membangsakan dirinya sebagai pengikut, penerus dan pelanjut perjuangan dakwah rasul dalam mengembangkan tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak perjuangannya ditujukan untuk mengembangkan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana dikehendaki islam. Usahausaha dilakukan berdasarkan pola dasar yang telah dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan pengertian bahwa organisasi Muhammadiyah sebagai pola dan tata kehidupan bersama Muslim pengikut Muhammad SAW. , Muhammadiyah juga berusaha mencari metologi pemahaman islam dalam kehidupan sehinnga diperoleh suatu pemahaman yang benar.
Perkembangan Muhammadiyah dan amal usahanya pada masa awal, tidak dapat dilepaskan dari kepribadian K.H. Ahmad Dahlan sebagai pemikir dan pendiri di zamannya. Oleh karena itu untuk lebih memahami perkembangan Muhammadiyah selanjutnya, perlu dikaji pemikiran Kyai dan bagaimana karya amal usahanya yang tercermin dalam praktek kehidupannya sehari-hari.
Pada waktu dibentuk anggaran dasar Muhammadiyah tertera dengan kata-kata yang sederhana, namun bermakna dalam lagi penuh dinamika. Adapun maksud dan tujuan persyarikatan Muhammadiyah sebagai tertera dalam anggaran dasarnya adalah:
a.       Memajukan serta mengembirakan pelajaran dan pengajaran agama islam dalam kalangan-kalangan sekutu-sekutunya.
b.      Memajukan serta mengembirakan hidup sepanjang kemauan agama islam dalam kalangan sekutu-sekutunya.
Kiai Haji Ahmad Dahlan dengan organisasi Muhammadiyah menganjurkan agar masyarakat islam kembali pada ajaran yang termaktud dalam Alquranurkarim yang merupakan tambahan yang tidak berasal yang tidak berasal dari sumber itu sendiri hendaknya ditinggalkan.
Dr. Alfian mengemukakan tesisnya bahwa Muhammadiyah dilahirkan sebagai organisasi nonpolitik, tetapi memegang peranan penting dalam perubahan politik di Indonesia. Muhammadiyah merupakan gerakan muslim modernisasi yang besar dan terbaik organisasinya. Muhammadiyah sudah berhasil menjadikan agama islam sebagai pegangan dan kepercayaan yang hidup dan aktif di masyarakat.
Ada tiga hal penilaian atas peraan Muhammadiyah yang saling berkaitan sebagai berikut:
1.      Muhammadiyah adalah gerakan reform agama
2.      Muhammadiyah adalah peserta perubahan social (agent of social change)
3.      Muhammadiyah termasuk kekuatan politik
Sebagai gerakan modernis islam, Muhammadiyah itu diantaranya mengambil langkah:
1.      Memurnikan ajaran agama islam dengan menyingkirkan praktek takhayl dan campuran tradisi dalam pelaksanaannya.
2.      Membangkitkan kembali pengalaman agama islam dengan membuka diri bagi interpretasi modern agar dapat sesuai dengan perkrmbangan zaman, serta muncul sebagai kekuatan modernisasi.
3.      Melibatkan diri dalam praktek kehidupan politik dengan caranya sendiri karena merupakan kelompok besar yang berkepentingan (mayor interest group).
Adapun tokoh-tokoh pertama yang menjadi anggota pengurus pusat Muhammadiyah yang berdiri sejak 18 November 1912 adalah:
1.      Haji Ahmad Dahlan (Ketib Amin)
2.      Abdullah Siraf (Penghulu)
3.      Haji Ahmad (Ketib Candana)
4.      Haji Abdurrahman
5.      Raden Haji Sarkawi
6.      Haji Muhammad (Kebayan)
7.      Raden Haji Djaelani
8.      Haji Anies
9.      Haji Muhammad Pakih (Carik).
            Mengenai muhammadiyah, pada mulanya ada angggota keluarga, para lama dan penduduk kampung kauman yang tidak menyetujui dan sikap Kiai Haji Ahmad Dahlan. Mereka tidak mengerti sikap Kiai Haji Ahmad Dahlan . dikatakannya Kiai Haji Ahmad Dahlan telah telah murtad dan keluar dari ajaran agama islam. Bahkan Kiai Haji Ahmad Dahlan pernah dikatakan kiai Kristen karena telah mendirikan sekolah dengan cara baru, yaitu melengkapi pembelajaran dengan bangku dan papan tulis.
            Bagi Kiai Haji Ahmad Dahlan yang penting adalah amalan nyata. Amalan yang benar-benar, praktek hidup yang riil dan bukan hanya rumusan teori yang muluk dan indah di atas kertas, tetapi tidak dapat dilaksanakan ata sampai tidak dilaksanakan dalam kehidupan sebenarnya. Bagi beliau merupakan pekerjaan rutin atau tugas sehari-hari untuk masuk kampung keluar kampung guna menyampaikan dakwah. 
2.6.            Perkembangan Muhammadiyah pada Masa Kyai Haji Ahmad Dahlan
Kebesaran Muhammadiyah, menyimpan rahasia pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan. Oleh karena itu perlu diungkap melalui telaah sejarah melalui karya dan amal perjuangannya secara fenomenologis.
Berikut ini secara deskriptif akan dipaparkan berbagai usaha dan kegiatan perjuangan dan amal usaha Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1986, Kyai diangkat sebagai khatib dengan gelar Ketib Amin oleh kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat dalam usianya yang relative muda sekitar 28 tahun, ketika ayahanda Kyai mulai uzur dari jabatan serupa.
Satu tahun setelah menjabat khatib (1898), Kyai Ahmad Dahlan mempelopori musyawarah alim ulama di Yogyakarta. Musyawarah ini kelak member inspirasi kepada beliau untuk membentuk satu badan dilingkungan Muhammadiyah yang diberi nama musyawarah ulama pada tahun 1922 yang berfungsi mewujudkan persatuan ulama diseluruh Hindia Belanda dan seluruh dunia, disamping mempunyai tugas khusus untuk merumuskan berbagai hokum islam yang akan diamalkan oleh muhammadiyah.
Musyawarah ulama tersebut mendorong dibentuknya majlis tarjih pada tahun 1927, yang konsepsi program dan fungsinya disusun oleh suatu tim (komisi) yang diketuai oleh Kyai Mas Mansur.
Pada waktu berlangsung musyawarah ulama than 1898, yang menjadi pokok pembicaraan para ulama adalah sekitar masalah kiblat Masjid Besar Yogyakarta. Kyai berpendapat bahwa Masjid Besar perlu dibetulkan karena tidak sesuai dengan perhitungan yang tepat. Padahal menurut ilmu falak dan eksak, hal demikian tidak benar, perhitungan falakiah menunjukkan arah kiblat dari pulau jawa ke mekah seharusnya condong kira-kira 24,5 derajat kearah utara. Pendapat Kyai ini didasarkan pada analisa dan perhitungannya menurut metode Ilmu Falaq yang memang dikuasainya. Kyai Haji Ahmad Dahlan langsung bertindak, dengan mengumpulkan semua muridnya dan memberitahukannya. Akan tetapi sebagian besar ulama menentang pendapat tersebut.
Satu tahun setelah pertemuan para ulama di Yogyakarta, pada tahun 1899, Kyai Haji Ahmad Dahlan memperluas bangunan surau (langgar) yang terletak disamping rumahnya Kauman Yogyakarta sekaligus membetulkan arah kiblat surau tersebut.
Perbuatan Kyai tersebut ditentang baik oleh para ulama dan masyarakat, para pejabat Kauman tempat tinggalnya. Perbedaan pendapat tersebut menjadi tajam dan berakibat Kyai dikucilkan oleh masyarakatnya (Kauman) dan bahkan suraunya dirobohkan. Menghadapi kenyataan yang pahit ini Kyai tetap sabar dan teguh mempertahankan keyakinan kebenaran analisanya. Dan untuk menghindari bentrokan fisik, Kyai memilih pergi ketika suraunya akan dirobohkan. Mengenai hal ini, bersama Nyai Ahmad Dahlan pergi untuk meninggalkan kota Yogyakarta. Tetapi kakaknya Kyai, Haji Saleh berhasil menyusulnya, dan dapat menyabarkan. Bahkan Kyai Haji Saleh mengatakan bahwa mesjid akan dibangun kembali, ternyata pendapat Kiai Haji Ahmad Dahlan mengenai arah kiblat tersebut benar dan diikuti. Masyarakat kauman yang fanatik, oleh kesabaran, keuletan dan keteghan hati serta komunikasi Kyai yang dialogis, menyebabkan masyarakat Kauman itu justru kelak menjadi pendukungnya yang fanatik terhadap gerakan pembaharuan yang dilakukannya dan menjadi basis gerakan Muhammadiyah hingga sekarang.
Untuk berapa lama kiblat mesjid besar tetap sebagaimana semula, sebelum akhirnya diubah sebagaimana sekarang, pembetulan arah kiblat mesjid besar tersebut, berakibat beberapa mesjid di Yogyakarta ikut disesuaikan. Perubahan atau lebih tepat penyesuaian arah kiblat tersebut bkan saja menjadi bukti integritas pemikirank Kyai dan kepribadiannya, akan tetapi kehadiran ilmu pengetahan dengan metode ilmiahnya menjadi bagian dari pemahaman dan pengalaman istilah yang sebelumnya asing bagi masyarakat islam termasuk para ulamanya.
Di dalam sebuah tulisan Kyai “Tali Pengikut Hidup”, yang disusun oleh para sahabat dan murid-muridnya dengan jelas Kyai mennjuk ilmu Manthiq (logika) sebagai metode (alat) untuk mengembangkan akal pikiran yang menjadi kebutuhan manusia dalam memahami dan mengamalkan ajaran (amr) islam sebagaimana diuraikan.
Tahun 1902, Kyai Haji Ahmad Dahlan memasuki Boedi Oetomo, satu tahun setelah didirikannya organisasi tersebut yang merupakan organisasi nasional yang kemudiian menjadi awal kebangkitan semangat kebangsaan Indonesia. Salah sat pertimbangan Kyai memasuki Boedi Oetomo, disamping sebagai semangat kebangsaannya, adalah ntuk memperlancar usaha dakwa yang dilakukan tanpa mengenal lelah.
Dengan keanggotaannya di Boedi Oetomo itu pula yang member peluang Kyai untuk berdakwa terhadap anggota Boedi Oetomo dan kesempatan mengajar agama islam kepada para siswa yang sekolah di sekolahan Belanda di rumahnya sendiri di Kauman, seperti di Kweeck school (sekolah raja) di Jetis stiap hari Sabtu dan ahad, serta mengajar siswa OSVIA (Opleiding School Voor inlandsch Amtenaren/ Sekolah Pamoong Praja) di Magelang.
Disekitar tahun keanggotaanya dalam Boedi Oetomo yakni antara tahun 1908-1909, Kyai mendirikan sekolah yang pertama secara formal yakni Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) dan Madrasah Diniyah dirumah beliau sendiri dalam ruang tamnya yang sempit berukuran 2,5 X 6 M. Sekolah tersebut dikelola dengan mempergunakan metode dan kurikulum baru, antara lain diajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang pada awal abad 20.
Sekolah tersebut merupakan sekolah pertama yang dibangun dan dikelola oleh pribumi secara mandiri yang diatur dengan perlengkapan belajar-mengajar modern seperti : bangku, papan tulis, kursi (dingklik: kursi berkaki empat dari kay dengan tempat duduk panjang), dan system pengajaran secara klassikal. Suatu system pengajaran dan pengeloolaan sekolah yang masih asing di kalangan masyarakat santri, bahkan tidak jarang mereka megatakan sebagai sekolah kafir. Murid pertama sekolah tersebut hanya 6 (enam) orang, akan tetapi setengah than kemudian menjadi 20 orang.
Keanggotaan Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam Boedi Oetomo tersebt bahkan juga memperlancar pengesahan berdirinya muhammadiyah oleh gubernur jendral Hindia Belanda tiga than kemudian dan empat tahun setelah berdirinya Boedi Oetomo. Dua tahun kemudian 1914, pemerintah Hindia Belanda menyerahkan besluit pengesahan berdirinya Muhammadiyah tertanggal 22 Agustus 1914 dan berlaku mlai tanggal 22/23 Januari 1915.
Semula wilayah gerak Muhammadiyah terbatas untuk 29 tahundan khusus di daerah kekuasaan residensi Yogyakarta perubahan dan dan perluasabn muhammadiyah kemudian secara cepat menyebabkan ketentuan batas wilayah itu harus diubah oleh pemerintah, yang akhirnya untuk seluruh wilayah kekuasaan Hindia-Belanda.
Proses pengesahan Pemerintah Hindia Belanda menyimpan sesuat yang menarik. Karena untuk terbitnya besluit berdirinya muhammadiyah perlu rekomendasi Boedi Oetomo. Sementara itu Boedi Oetomo bersedia memberikan rekomendasi jika pengurus muhammadiyah menjadi anggota Boedi Oetomo.
Adalah sangat mungkin Boedi Oetomo melihat pengaruh social Kyai dan tokoh-tokoh Mhammadiyah terhadap masyarakat, maka jika orang-orang tersebut berada dipihak Boedi Oetomo, Belanda akan lebih memperhitungkan gerakan Boedi oetomo, dan masyarakat akan lebih menaruh kepercayaan terhadapnya.
Setelah memepertimbangkan dengan seksama, maka 7 pengurus Muhammadiyah termasuk Kyai yang telah berada di Boedi Oetomo sejak tahun 1909, akhirnya sepakat untuk memenuhi persyaratan yang diminta Boedi Oetomo.
Dua tahun sebelum pengesahan Pemerintah Hindia Belanda, muhammadiyah memproklamirkan bersirinya pada bulan Desember 1912 dengan upacara resmi di Malioboro dihadiri sekitar 70 orang. Menrut keterangan K.H. AR. Fachruddin, ketua PP Muhammadiyah sejak1968, tempat yang digunakan untuk upacara berdirinya Muhammadiyah tersebut adalah disebuah gedung yang sekarang menjadi ggedung DPRD DIY.
Bertepatan dengan terdbitnya besluit pengesahan berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1914, Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan perkumpulan kaum ibu yang diberi nama Sapatresna, yang kelak diubah namanya menjadi 'Aisyiyah.
Dengan kegigihan dan pengorbanan Haji Ahmad Dahlan, satu tahun sebelum Kyai wafat, tahun 1922, delapan jenis sekolah telah didirikan Muhammadiyah dengan 73 orang guru dan 1.019 orang siswa.

Sekolah-sekolah tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Opleiding School di Magelang
2.      Kweeck School di Magelang dan Purworejo
3.      Normal School di Blitar
4.      NBS di Bandung
5.      Algemeene Midelbare School di Surabaya
6.      TS, di Yogyakarta
7.      Sekolah Guru di Kotagede
8.      Hoogere Kweeck school di Purworejo.
Sekolah gru di Kotagede, didirikan Muhammadiyah dengan perkumpulan Krido Mataram Kotagede. Beberapa sekolah laid an pondok telah berdiri di Kauman sebelum Muhammadiyah secara resmi berdiri. 
Melihat perkembangan sekolah dan pendidikan Muhammadiyah yang pesat, maka dibentuk suat badan yang khusu mengurusi suatu badan yang khusus mengurusi masalah tersebut yakni, bagian pengajaran dan penilik/ pemeriksa pelajaran agama. Adapun pengrus bagian ini yang pertama adalah sbb :
Ketua                           : Haji Hisyam
Anggota-anggota        : 1. R. Haji Ali
                                                  2. R. danuwijoto
                                                  3. Haji Abdul Djawad
                                                  4. Haji Abdurrahim
                                                  5. H. Abdurrachman Machdum
                                                  6. R. Sosrosoegondo
                                                  7. Haji Sahid
                                                  8. Haji Djoenaid Siradj
                                                  9. Haji Moeqrie
                                                  10. Haji Nawawi
Sementara itu penilik serta pemeriksa pelajaran agama adalah : 1. R. Haji Djalal 2. R. Haji Hadjid.
            Muhammadiyah mempelopori pengelolaan perjalanan haji ke tanah suci secara modern dengan mendirikan kapal haji. Perjalanan haji itu kini dikelola pemerintah, yakni departemen agama.
2.6. PENGALAMAN ORGANISASI
Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah[4] di Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.
Perkumpulan-perkumpulan dan Jama'ah-jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi.
Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).
 3.7. Pahlawan Nasional
Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:
  1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
  2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
  3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan 
  4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
DAFTAR PUSTAKA
Mulkhan, A.M. (1990). K.H.Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta : BUMI AKSARA.
Kutoyo., Sutrisno. Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah. Balai Pustaka.
Hefner, R.W., Mulyadi Sukidi., Mulkhan, A.M (2008). Api Pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan. Yogyakarta : Multi Pressindo Yogyakarta
Wikepedia (2011). Ahmad Dahlan. From http://www.tokoh-indonesia.com/ensiklopedi/a/ahmad-dahlan/index.html. 14 April 2011





Tidak ada komentar:

Posting Komentar