KYAI HAJI AHMAD DAHLAN
2.1. BIOGRAFI KYAI HAJI AHMAD
DAHLAN
Kyai Haji
Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari
tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H.
Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang
bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia
termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di
antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama
Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana
Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah
(Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung
Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH.
Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun, Kyai pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode
ini, Muhammad Darwisy mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu
dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke
kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan.
Pada tahun 1903, Kyai bertolak kembali ke Mekah dan
menetap selama dua tahun. Pada masa ini, Kyai sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, Kyai mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
2.2. LATAR BELAKANG KELUARGA KYAI
HAJI AHMAD DAHLAN
Sepulang dari Mekkah, Kyai menikah
dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang
Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dalam pernikahan
dengan Siti Walidah, Kiai Haji Ahmad Dahlan memperoleh beberapa putra-putri
yaitu, Johanah lahir tahun 1980, yang kemiudian menikah dengan Haji Hilal
sebagai istri pertama dan menjadi ibu dari Drs. Wahban Hilal; 2) Haji Siradj
Dahlan (1889-1948) dan menjadi direktur Madrasah Mualimin Muhammadiyah, 3) siti
busjro (lahir tahun 1903), yang kemudian menjadi istri kedua Haji Isom Jafar;
4) Siti Aisyah (1905-10 agustus 1968), yang kemudian menjadi istri kedua Haji
Hilal, setelah istrinya yang pertama (Johanah) meninggal dunia. Beliau terkenal
dengan nama Aisyah Hilal; 5) Irfan Dahlan, (1907-1967), sewaktu kecil terkenal
dengan nama Jumhan, dan berada di Bangkok; 6) Siti Zuharah (1908-1967), yang
menikah dengan Haji Masjkur Banjarmasin.
Disamping
itu Kiai Haji Ahmad Dahlan, menikah pula dengan Nyai Abdullah, janda dari Haji
Abdullah dan berputrakan R. H. Duri. Kiai Haji Ahmad Dahlan juga memperistri Nyai
Rum, adiknya Kyai Munawar Krapyak (Yogyakarta), dan mempunyai seorang putra
laki-laki yang meninggal dunia sewaktu masih bayi. Nyai Rum adalah bibi dari
Prof. Kahar Muzakir. Selanjutnya, dalam perkawinannya dengan ibu Nyai Aisyah
(yaitu adik ajengan penghulu cianjur), Kiai Haji Ahmad Dahlan memperoleh
seorang putri bernama dandanah. Perkawinan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan
istri-istri beliau itu berlangsung dalam waktu yang tidak lama. Lagipula, semua
istri Kyai Haji Ahmad Dahlan, selain ibu Walidah, adalah janda-janda yang sudah
ditinggal suaminya karena wafat dan memerlukan perlindungan dari seorang suami.
Yang terkenal dengan sebutan Nyai Haji Ahmad Dahlan hanyalah ibu Walidah.perlu
diketahui, bahwa hubungan Kiai Haji Ahmad Dahlan, baik sebagai seorang suami
maupun sebagai seorang ayah dengan istri dan putra-putranya adalah baik, sesuai
dengan tuntunan islam.
2.3. PENDIDIKAN KYAI HAJI AHMAD
DAHLAN
Secara formal K.H. Ahmad Dahlan
bisa dikatakan tidak pernah memperoleh pendidikan. Pengetahuannya sebagaimana
diperoleh dari otodidaknya. Sementara kemampuan dasar baca tulis ia peroleh
dari ayahnya sendiri, sahabat dan saudara iparnya.
Namun
demikian, menjelang dewasa, K.H. Ahmad Dahlan belajar ilmu Fiqih kepada Kyai
Haji Mahmud Saleh, dan ilmu Nahu kepada Kyai Haki Muhsin. Seorang gurunya yang
lain adalah Kyai Haji Abdul Hamid. Pengetahuan Kyai dalam ilmu Falaq, diperoleh
dari gurunyayaitu Kyai Haji Raden Dahlan salah seorang ptra Kyai Termas.
Selanjutnya ilmu Hadist dipelajarinya
dari Kyai Mahfud dan Syech Khyyat.
Disamping
pengetahuannya di atas, Kyai Dahlan belajar qiro'atul qur'an pada Syech Amin
dan Sayid Bakri Satock. Selanjutnya Kyai juga belajar ilmu pengobatan dan racun
binatang dari Syech Hasan.
Sangatlah
banyak orang cerdik pandai pada masa itu yang dijadikan Kyai sebagai guru.
Mereka itu antara lain adalah R. Ng. Sosro Soegondo, R. Wedana Dwijosewojo dan
Syech M Yamin Jambek dari Bukittinggi.
Pengetahuan
K.H. Ahmad Dahlan yang luas dan mencakup berbagai disiplin, menjaadikan K.H.
Ahmad Dahlan tumbuh sebagai orang yang arif dan tajam pemikirannya serta
memiliki pandangan yang jauh ke depan.
Rasa
ingin tahu yang besar, mendorong Kyai memamfaatkan setiap kesempatan untuk
belajar. Demikian pula ketika ia naik haji
ketika dewasa berusia 22 tahun yaitu pada tahun 1890, waktu yang ada
digunakannya untuk belajar pada Imam Syafi'I Sayyid Bakir Syantha selama
sekitar 2 tahun. Demikian pula ketika beliau sempat naik haji 13 tahun kemudian
(1903) bersama putranya Siraj Dahlan yang berusia 13 tahun. Kyai kemudian
selama 1,5 tahun bermukim di Mekkah untuk memperdalam ilmu Fiqih dan ilmu
Hadist.
Disamping
itu cintanya akan ilmu ditunjukkan oleh peristiwa yang terjadi pada tahun 1892.
Pada tahun tersebut seseorang memberi uang sebesar 500 gulden dengan maksud
untuk modal berniaga, namun demikian, uang yang mestinya untuk modal kerja itu
beliau belikan buku-buku dan kitab.
Sebagaimana
pernah disebut, dalam ilmu Fiqih, beliau berguru kepada Kyai Mahfud Termas, dan
ilmu Hadist kepada Sayyid Baabussijjil dan Mufti Syafi'i, selain Kyai belajar
kepada gru-guru tersebut, Kyai juga mempelajari dan memperdalam ilmu Falaq dan
Qiro'ah pada gurunya Kyai asy'ari Baceyan dan Syech Ali Mishri Makkah.
Pada
saat Kyai mukim yang kedua di Mekkah pada tahun 1896 pada saat menjabat khatib
, beliau bertemu dan bertukar pikiran dengan ulama Indonesia yang bermukim di
Mekkah, seperti : Syech Muhammad Khatib
dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya,
Kyai Faqih Kumambang dari Gresik.
Buku
yang banyah dibaca disamping ketekunannya berguru telah memperkaya pengetahuan
Kyai dalam berrbagai hal. Buku yang Kyai baca antara lain ilmu kalam dari buku
Ahlus Sunnah Wal Jamma'ah yang mengandung pemikiran filosofis, buku fiqihnya
Imam syafi'I, kitab tasaufnya imam Al-Ghazali, dan kitab-kitab yang ditulis
oleh Syech Muhammad Abduh dan Ibnu Tamiyah.
2.4.
PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN
Semboyan
pendidikan yang dikembangkan Kiai Ahmad Dahlan “jadilah guru sekaligus
murid”ternyata mampu menggerakkan pengikut Muhammadiyah sehingga gerakan ini
berkembang cepat dan meluas ke seluruh lapisan masyarakat.dengan menjadi guru,
pengikut Muhammadiyah bertugas menyebarkan gagasan perbaikan hidup berdasar
islam kepada semua orang dan kelompok orang. Sementara dengan menjadi murid,
pengikut Muhammadiyah harus membuka diri belajar kepada siapa dan dimanapun
untuk menambah ilmu.
Dengan
semboyan 'jadilah guru sekaligus murid' masyarakat digerakkan untuk saling
belajar dan terbuka terhadap dunia luar. Karena itu semua kegiatannya disebut
“amal-usaha” yang mengandung arti sebagai ikhtiar (usaha) sehingga semua
kegiatan rital islam berfungsi langsung bagi perbaikan hidup warga masyarakat
(Alfian, 1989; Mulkhan, 1990;2000)
Muhammadiyah menggerakkan
pengikutnya bersama masyarakat sekitar untuk membentuk kelompok-kelompok yang
disebut gerakan jamaah dan dakwah jamaah. Kegiatan utama dari jamaah ini ialah
melakukan pendidikan bagi dirinya sendiri sekaligs mencukupi kebutuhan sendri
dengan menggerakkan pengelolaan zakat, zakat fitrah, infak dan sodaqoh melalui
apa yang disebut dengan pengajian. Dimasa kiai haji ahmad dahlan kegiatan
inilah yang disebut pendidikan desa dengan guru keliling.dikemudian hari,
kegiatan semacam ini dikenal dengan tabligh atau pengajian, selanjutnya menjadi
tradisi pemeluk islam terutama yang tergolong kaum santri (Geertz, 1983)
Selain hari jum'at dan pengajian
rutin, dihari besar-besar islam, seperti maulid atau kelahiran nabi,
isra'-mi'raj, hijrah, puasa ramadhan, bulan haji, diselenggarakan pengajian
dengan peserta yang lebih besar dari kelompok jamaah.
Muhammadiyah menggerakkan seluruh
pemeluk islam (pria-wanita) keluar ke tempat-tempat terbuka di dua hari raya
(Fitrah dan Haji) untuk menunaikan shalat hari raya.tujuannya adalah untuk
mengembirakan umat islam sebagai kesatuan kolektif dalam menjalankan ibadah,
selain menganjurkan tidak melakukan pemborosan dalam berhari raya dengan membeli
pakaian baru dan membuat jajanan yang kurang perlu. Sebaliknya gerakan ini
menggerakkan masyarakat untuk membayar zakat fitrah bagi yang memiliki sisa
makanan dan menyembeli korban (jika perlu secara berjamaah). Zakat fitrah dan
daging korban yang dikelola oleh lembaga amil (panitia) kemudian dibagikan pada
fakir-miskin. Seluruh pemeluk islam tidak penting apakah pengikut Muhammadiyah
atau bukan, kini terbiasa membentuk panitia zakat fitrah dan korban kemudian
membagi-bagikannya kepada fakir-miskin (Mulkhan, 1990).
2.4.1. Gagasan Islam Kiai Ahmad
Dahlan
Konsepsi sosial Muhammadiyah dari
gagasan yang muncul dari aksi pemikiran Kiai Ahmad Dahlan. Dimana pandangan
Kiai Ahmad Dahlan : “jalan yang betul itu yakni agama islam sejati. Inilah
agama islam sejati dengan pendek: agama itu ada dua bahagiaanya yaitu yang
lahir dan yang bathin. jadi, orang islam yang sudah mulai bangun itu harus
dipimpin kepada islam yang sejati, yakni lahir dan bathin.” Dari sini
dikembanhgkan prinsip pengajaran dengan memihak yang menderita, meletakkan
persatuan pada keputusanbersama yang paling kecil dengan menghidupkan akal
pikiran.
Pandangan islam Kiai Ahmad Dahlan
bisa pula dikaji dari rumusan tujuan Muhammadiyah semasa kepemimpinannya,
sebagai berikut:
1)
“menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi
Muhammad saw kepada penduduk bumi putera di dalam residensi Yogyakarta”
2)
“memajukan hal agama kepada
anggota-anggotanya”. Kegiatannya meliputi:
1. “memperdirikan
dan memiara atau menolong dalam pengajaran , yang selainnya pengajaran biasa di
sekolahan, juga dipelajari pengajaran agama islam seperlunya”.
2. “mengadakan
perkumpulan anggota-anggota dan lain anggota yang suka datang, yakni
membicarakan perkara-perkara agama islam”.
3. “memperdirikan
dan memiara atau menolong langgar-langgar
(wakaf dan masjid)yang mana terpakai melakukan hal agama atau menetapi keperluan agama islam seperlunya”. Dan
(wakaf dan masjid)yang mana terpakai melakukan hal agama atau menetapi keperluan agama islam seperlunya”. Dan
4. “mengeluarkan
sendiri atau member pertolongan kepada mengeluarkan bku-buku, surat sebaran,
surat sebitan atau surat-surat kabar yang di dalamnya memuat perkara-perkara
islam, hal kebaikannya kelakuan pengajaran dan kepercayaan yang baik, yang
masing-masing tjuannya bisa mendapatkan maksudnya perhimpunan itu, tetapi
sekali-sekali tidak boleh nerjang wetwetnya negeri atau melanggar
peraturan-peratran umum atau hal kelakuan yang baik.
Kiai
Ahmad Dahlan memandang ketaatan syariah adalah hasil dari ketaatan bathiniah.
Farid ma'ruf mengatakan keagamaan Kiai Ahmad Dahlan seperti sufi-nya imam Al
Ghazali. Pemurnian islam, jika istilsh ini tetap dipakai bagi Kiai Ahmad Dahlan,
Nampak diletakkan pada penyadaran peran umat dalam kehidupan sosial yang harus
mandiri bebas dan mengubah nasibnya dalam sejarah. Hal ini berbeda dari
ideologisasi anti tahyul, bid'ah dan k©hurufat (TBC)
Penekanan
kesalehan bathin Kiai Ahmad Dahlan berbeda dari sakralisasi organisasi dan
pelembagaan kesalehan yang lebih menekankan kesalehan syariah. Program
spiritualisasi syariah, lebih sesuai peran hati-suci sebagai fondasi kesalehan
spiritual dan relativisme pluralistic Kiai Ahmad Dahlan sebagai dasar sikap
terbuka, kritis dan kreatif dalam mencari kebenara.
Pandangan
itulah yang kemudian dikenal dalam gagasan islam inklusif, seperti penolakan
Kiai Ahmad Dahlan terhadap fanatisme keagamaan sebagai dasar pencarian
kebenaran . baginya, tradisi TBC adalah karena kebodohan, yang kuncinya ialah
pendidikan bagi penyempurnaan akal kritis dan bebas kretif. Hal ini berbeda
denganfundemantisme yang meletakkan situasi sosial-politik sebagai ancaman
dalam pemikiran Mihammadiyah dikemudian hari.program spiritual syariah nampak
berbeda dari sikap eksklusif tersebut.
Pokok
pandangan Kiai Ahmad Dahlan bisa dilihat dari kutipan ringkas berikut:
“sebagian besar pemimpin belum menaruh perhatian pada kebaikan dan
kesejahteraan manusia akan tetapi baru memperhatikan kaum dan golongannya
sendiri bahkan badannya sendiri.” Bagi Kiai kebenaran dan kesalehan ialah
kesediaan memperjuangkan kesejahteraan seluruh manusia, tidak terbatas
golongannya sendiri.bkiai menyatakan bahwa mereka ialah: “…orang-orang yang
benar-benar menemukan hal-hal yang baik bagi sebagian besar orang serta mereka
yang berpikir secara dalam dan luas…dalam menentukan baik-buruk, betul-salah
hanyalah hanyalah hokum yang sah dan sesuai denagn hati yang suci”.
Selain
hati yang suci , ia jga menyebt fungsi “akal pikiran yang suci”, yang menurt
pendapatnya ialah pembuatan keptusan yang bukan merupakan keputusan yang dibuat
sendiri.
Dalam
sidang tahunan 1922, Kiai Ahmad Dahlan menyatakan, kebahagiaan dunia-akhirat
harus dicapai dengan pengetahuan yang benar dari hasil penelitian. Kecerdasan
ialah kemampuan mengatasi penderitaan disertai selalu ingat kepada tuhan. Dalam
kongres islam Cirebon, Kiai Ahmad Dahlan menyatakan, karena persamaan kedudukan
tidak perlu perantara dalam ibadah.
Karena
itu, menurut pandagan Kiai, manusia harus bekerja sama dengan semua pihak,
walaupn berbeda agama. Perubahan kehidupan manusia dan alam, bersifat kausal
seperti temuan penelitian. Pandangan ini berbeda dengan ketergantungan kehendak
mutlak pada Tuhan sebagaimana riumusan tarjih seperti pandangan kaum sunni.
Bagi
Kiai Ahmad Dahlan kesalehan ialah pencarian kebenaran tanpa final, terbuka
berdialog dengan semua pihak yang berbeda. Suatu pengambilan kesimpulan
(keputusan) adalah benar jika: (a)Paling kecil pertentangannya,(b) dilakukan dengan
mendengar, membanding dan menimbang segala pendapat, (c) sesuai dengan akal dan
hati suci. Kiai selanjutnya menyatakan bahwa keikhlasan adalah dasar hidup
sosial, dan mencapai tujuan berdasar teori dan keterampilan.
2.4.2. Akal dalam Pandangan Kyai Haji
Ahmad Dahlan
Tidak banyak naskah tertulis dan
dokumen yang dapat dijadikan bahan untuk mengkaji dan merumuskan pemikiran Kyai
Haji Ahmad Dahlan. Naskah agak lengkap terdapat alam penerbitan Hoofbestuur
Taman Pustaka pada tahun 1923 sesaat setelah Kyai wafat. Majlis Taman Pustaka
menyatakan bahwa naskah diatas sebagai buah pikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Sesuai dengan sumber dan bahan yang
ada, pokok-pokok pikiran dan pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagaimana
uraian di bawah ini :
1. Dalam
bidang aqidah, pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan sejalan dengan pandangan dan
pemikiran ulama SALAF.
2. Menurut
pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan, beragama itu ialah beramal : artinya berkarya
dan berbuat sesuatu, melakukan tindakan sesuai dengan isi pedoman Al-Qur'an dan
sunnah. Orang yang beragama adalah orang orang yang menghadapkan jiwanya dan
hidupnya hanya kepada Allah SWT. Yang dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan,
seperti : rela berkurban baik harta benda miliknya dan dirinya, serta bekerja
dalam kehidupannya untuk Allah.
3. Dasar
pokok hokum islam ialah Al-Qur'an dan Sunnah. Jika dari keeduanya tidak
diketemukan kaidah hukum yang eksplisit maka ditentukan berdasarkan kepada
penalaran dengan mempergunakan kemampuan berpikir logis (akal pikiran) serta
Ijma' dan Qiyas.
4. Terdapat
lima jalan untuk memahami Al-Qur'an yaitu, memahami artinya, memahami maksudnya
(tafsir), selalu bertanya kepada diri sendiri, apakah larangan dan perintah
agama yang telah diketahui telah ditinggal dan perintah agamanya telah
dikerjakan, tidak mencari ayat lain sebelum isi ayat sebelumnya dikerjakan.
5. Kyai
Haji Ahmad Dahlan menyatakan bahwa tindakan nyata adalah wujud konkrit dari
penterjemahan Al-Qur'an, dan organisasi adalah wadah dari tindakan nyata
tersebut. Untuk memperoleh pemahaman yang demikian, orang islam harus selalu
memperluas dan mempertajam kemampuan akal pikiran dengan ilmu manthiq atau
logika.
6. Sebagai
landasan agar seseorang suka dan bergembira maka orang tersebut harus yakin
bahwa mati adalah bahaya ,akan tetapi
lupa kepada kematian merupakan bahaya yang jauh besar dari kematian itu
sendiri. Disamping itu, Kyai menyatakan selanjutnya, bahwa harus ditanamkan
dalam hati seseorang ghirah dan gerak hati untuk maju dengan landasan moral
dank e-ikhlasan dalam beramal.
7. Kuci
persoalan peningkatan kualitas hidup dan kemajuan umat islam ialah pemahaman
terhadap berbagai ilmu pengetahuan yang sedang berkembang dalam tata kehidupan
masyarakat. (dalam kaitannya dengan pandangan ini Kyai menyampaikan pesan
“menjadilah insinyur, guru, master dan kembalilah berjuang dalam
Muhammadiyah”).
8. Pembinaan
generasi muda (kader) dilakukan Kyai dengan jalan interaksi langsung. Untuk melaksanakan teorinya tersebut Kyai
mendirikan kepanduan yang kemudian diberi nama hizbul wathan, pengajian pemuda
remaja yang dikenal dengan nama fathul asrar miftahus sa'adah.
9. Startegi
menghadapi perubahan social akibat modernisasi adalah merujuk kembali
Al-Qur'an, menghilangkan sikap fatalism, sikap taklid. Stategi tersebut
dilaksanakan dengan menghidupakan jiwa dan semangat ijtihat melalui peningkatan
kemampuan berpikir logis-rasional dan mengkaji realitas social.
10. Objek
gerakan dakwah Muhammadiyah meliputi rakyat kecil, kaum fakir-miskin para
hartawan dan para intelektual.
Sehubungan
dengan pokok-pokok pikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan, Kyai Haji AR. Fachruddin
(ketuan PP Muhammadiyah sejak 1968) dalam buku menuju Muhammadiyah, diterbitkan
oleh PP Muhammadiyah Majlis Tabligh, tahun 1984 menyatakan bahwa yang
dokerjakan Kyai Haji Ahmad Dahlan sepanjang kepemimpinannya dalam Muhammadiyah
adalah :
1. Meluruskan
Thauhid, peng-Esaan terhadap Allah subhanahu wata'ala. Hanya Alllah yang wajib
disembah. Hanya Allah yang wajib ditaati perintahnya dan dijauhi larangannya.
Hanya Allah yang maha besar, maha kuasa, maha mengetahui, maha pandai.
Ringkasnya hanya Allah yang maha sempurna.
2. Hanya
Allah yang Al Khaliq dan selain Allah semua makhluk. Karenanya semuanya pasti
hancur dan hanya Allah yang abadi.
3. Hbngan
kita langsung kepada Allah, tanpa perantara siapa/apa. Karenanya yang kita
mohoni hanya Allah sendiri. Menyekutukan menduakan Allah adalah dosa yang
paling besar, dosa yang tidak dapat diampuni, kalau tidak benar-benar bertaubat
kepada Allah dengan thaubatan nasuha, thaubat yang sungguh-sungguh.
4. Meluruskan
cara-cara beribadat menurut contoh ataupun yang diperintahkan oleh Rasulullah
Nabi Muhammad sallahu 'alaihi wasalam. Ibadat itu haruslah ada perintah dari
Allah, contoh-contoh dan perintah rasullullah. Ibadat tidak dibenarkan kalau
hanya diperintahkan oleh seseotrang. Walaupun yng memerintahkan itu guru, atau
pengasa ataupun seseorang yang kaya raya sekalipun.
5. Mengembangkan
akhlaqul kari-mah dan etika social.
6. Mengembangkan
tata hubungan sosial sesuai dengan tuntunan islam.
Secara
garis besar pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah sebagaimana dikemukakan
oleh R.H Hadjid dalam ; falsafah ajaran KHA. Dahlan dan 17 kelompok ayat-ayat
Al-qur'an ; ajaran Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dua buku tersebut oleh penyusunnya
yang pernah beberapa tahun menjadi murid Kyai, dinyatakan mengandung pokok
pemikiran dan ajaran Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Sebagai
seorang pemimpin, menurut R.H Hadjid, Kyai memiliki beberapa keutamaan
dibandingkan dengan pemimpin islam lainnya. Kelebihan dan keutamaan tersebut
ialah: 1. Cerdas 2. Tinggi rasa khouf-nya terhadap Allah dan 3. Memiliki
strategi metologi memahami kebenaran islam bagaikan strategi militer. Beliau
mampu menggunakan senjata lebih baik dari yang memiliki.
Pokok
pikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam buku tersebut, merupakan (7) kerangka
pemikiran yaitu :
1. Ulama
adalah orang yang berilmu dan hatinya hidup (kreatif), serta mengembangkan
ilmunya dengan ihklas. Jiwa ihklas dilukiskan sebagai seseorangg yang mengerti
hakikat hidup dan dunia, sehingga ia tidak takut menghadapi mati, akan tetapi
selalu mengingat akan datangnya kematian.
2. Untuk
mencari kebenaran orang tidak boleh merasa benar sendiri. Oleh karena itu
orangg tersebt harus berani berdialog dan diskusi dengan semua pihak walaupun
dengan orang atau golongan yang bertentangan dan berbeda pendapat.
3. Bersedia
merubah pikiran dengan sikap terbuka. Sikap demikian menjadikan seseorang
selalu berusaha memperbaharui, memikirkan dan menyelidiki tindakan dan pikiran
yang sudah biasa dilakukan. Orang yang bersikap tterbuka tidak akan mengikatkan
diri kepada tradisi dan rutinitas.
4. Dalam
mencapai tujuan hidup, manusia harus bkerjasama dan dengan menggnakan akal.
5. Cara
mengambil keputusan yang benar harus dilakukan dengan kesediaan mendengarkan
segala pendapat, berdiskusi dan membandingkan serta menimbang baru kemudian
memutuskan sesuai akal pikiran. Keputusan akal pikiran harus berdasarkan kepada
pertimbangan akhlak (etika) yaitu ketentuan baik dan buruk berdasarkan hati
yang jernih.
6. Berani
mengorbankan harta benda dan milik untuk membela dan menegakkan kebenaran.
7. Mempelajari
teori-teori pengetahuan dan keterampilan melalui proses bertingkat.
Menurt
R.H. Hadjid Kyai sering mengulang kaji 17 ayat Al-Qur'an yang ditulis dalam
kamarnya . ke 17 ayat dapat dikelompokkan kedalam 14 surat yaitu : 1.
Aljat-siyah ayat 23, 2. Al fajr ayat 16-23, 3. Al-Ma'un ayat 1-4, 4. Ar Rum
ayat ayat 30, 5. At-Taubah ayat 34-35, 6. Al Ashr, 7. Al-Ankabut ayat 2, 8. Az Zuma'r ayat 2 dan al
Ahzabayat 21, 9. Ali Imran ayat1-2 da 32, 10. Al An'am ayat 162, 11. Al Qariah
ayat 6-11, 12. Sha-f ayat 3-4, 13. At-Tahrim ayat 6, 14. Al Hadi-d ayat 16.
Yang berisi tentang kandungan-kandungan ibadah dan perbuatan.
Pemikiran
Kyai Haji Ahmad Dahlan juga dapat dilihat dalam naskah pidato yang
disampaikannya pada kongres ke 12 Muhammadiyah tahun 1923, dimana dalam pidato
yang disampaikan Kyai sekitar 30 menit berisi pemikiran kyai yang memandang
bahwa “Al-Qur'an dan sunnah adalah pedoman kaum muslimin, dan bid'ah adalah
kesesatan”. Secara rinci iti-inti pidato tersebut terdiri dari pokok pikiran
dibawah ini.
1. Pengetahuan
tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan tuhan. Pengetahuan itu dapat
dicapai dengan sikap kritis dan teerbka dan terbuka dengan mempergunakan akal
sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan didasari hati yang suci.
2. Akal
adalah kebtuhan dasar kehidupan manusia.
3. Ilmu
manthiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagii akalmanusia yang hanya
akan dicapai jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah.
4. Kerjasama
adalh prinsip kesatuan hidup yang dapat ditempuh dengan metode Al-Qur'an.
5. Prinsip
kesatuan hidup merupakan syarat mutlak pengembangan manusia.
6. Kekelahan
dan kebodohan pemimpin-pemimpin islam disebabkan oleh ketidakpedulian mereka
terhadap kesejahteraan hidup dan nasib rakyat.
7. Kritik
terhadap tradisi merupakan langkah awal menuju kesatuan hidup.
8. Perpecahan
dan kehancuran hidup manusia disebabkan karena kebodohan.
9. Kebaikan
dan kecerdasan adalah kesediaan memahami pikiran yang baik dan bijaksana.
10. Orang
yang kuat adalah orang bersedia mengakui kebenaran dan kebaikan orang lain.
11. Mengerti
itu lebih mudah disbanding berbuat berdasar pengertian tersebut. Oleh karena
itu orang yang mengerti jauh lebih banyak dari orang yang beramal berdasarkan
pengertiannya.
Melihat
berbagai prinsip pemikiran Kyai tersebt di atas Kyai Haji Ahmad Dahlan
menempatkan akal dan logika sebagai
basis pengetahuan.
Muhammadiyah
mempelopori pengelolaan perjalanan haji ke tanah suci secara modern dengan
mendirikan kapal haji. Perjalanan haji itu kini dikelola pemerintah, yakni
departemen agama.
Semboyan pendidikan yang
dikembangkan Kiai Ahmad Dahlan “jadilah guru sekaligus murid”ternyata mampu
menggerakkan pengikut Muhammadiyah sehingga gerakan ini berkembang cepat dan
meluas ke seluruh lapisan masyarakat.dengan menjadi guru, pengikut Muhammadiyah
bertugas menyebarkan gagasan perbaikan hidup berdasar islam kepada semua orang
dan kelompok orang. Sementara dengan menjadi murid, pengikut Muhammadiyah harus
membuka diri belajar kepada siapa dan dimanapun untuk menambah ilmu.
Beberapa tahun sebelum Muhammadiyah
resmi berdiri, Kiai Dahlan sudah menyelenggarakan model sekolah yang kemudian
dikenal sebagai proyek modernisasi pendidikan islam. Bentuk kelembagaan
pendidikan yang dikembangkan Muhammadiyah itu hinggah saat ini memeng Nampak parallel
dengan yang dikembangkan Kiai Ahmad
Dahlan. Namun praktek pendidikan Muhammadiyah, selain belum jelas,
Nampak berbeda dari gagasan dasar Kiai Ahmad Dahlan ketika melakukan
modernisasi pendidikan bagi umat waktu itu.
2.5. KYAI HAJI AHMAD DAHLAN DAN AWAL
MUHAMMADIYAH
Kiai Haji Ahmad Dahlan itu pendidik
dan organisator yang selalu melihat kearah kemajuan. Sebelum muhammadiyah
berdiri Kiai Haji Ahmad Dahlan sudah mengajarkan dasar-dasar agama islam kepada
berbagi sekolah negeri, antara lain sekolah sekolah guru kweekschool yang juga
kadang-kadang disebut sekolah raja di Jetis., Yogyakarta, sekolah Pamong Praja atau
OSVIA, yaitu kependekan dari Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaren, dan
sebagainya.
Kiai
Haji Ahmad Dahlan memeng mempunyai tujuan dan rencana yang jelas. Beliau
sengaja menyampaikan pelajaran agama islam kepada orang banyak, terutama kepada
mereka, khususnya pemuda-pemuda yang dinilainya kelak akan menjadi pemimpin
bangsa. Pemuda-pemuda Indonesia yang dimasa depan akan menduduki jabatan penting
dalam konstelasi Negara dan masyarakat.
Pandangan
Kyai Haji Ahmad Dahlan itu sungguh tepat. Lagipula Kyai Haji Ahmad Dahlan
memperlihatkan sikap yang baru. Kebanyakan kyai pada zaman itu bersikap pasif.
Mereka itu mengajar agama di rumah atau disurau. Murid-murid yang mendatangi
kyai untuk menimba ilmu. Kyai Haji Ahmad Dahlan berpendirian lain. Beliau
selalu menganjurkan agar para kyai memanggil murid-murid, para kyai supaya
mencari murid-murid.
Selain
hal tersebut diatas kyai ahmad dahlan juga melakukan kegiatan sambung rasa,
dimana kyai sering mengundang sahabat, tokoh dan ulama-ulama ke rumahnya, tamu
dijamu dengan hidangan yang cukup lezat, begitulah seterusnya sehingga para tamu
yang sering berjamu tersebut mulai sadar mengapa acaranya hanya makan dan
mengucapkan terimah kasih, hingga suatu hari ketika diadakan jamuan lagi,
seorang tamu Kyai Haji Ahmad Dahlan bertanya spontan,” pak kyai mengapa hanya
makan dan minum saja? Mengapa tidak diberi pengajian. Setelah itu Kyai Haji
Ahmad Dahlan mengadakan pengajian, dimana dalam pengajian kyai menyampaikan
betapa pentingnya umat islam menyisihkan sebagian hartanya untuk brinfak,
sedekah dan zakat. Setelah pengajian mereka menyerahkan sebagian hartanya
kepada Kyai Haji Ahmad Dahlan. Selanjutnya, uang tersebut dimanfaatkan Kyai
Haji Ahmad Dahlan untuk membangun gedung madrasah pertama yang berkembang
menjadi pondok pesantren.
Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah
seorang yang suka beramal. Beliau memang selalu memberikan ilmunya kepada
murid-muridnya dan juga selalu mengajak agar umat islam ihidup dengan tuntutan
agama. Kyai Haji Ahmad Dahlan mempunyai kemauan besar untuk bersama-sama
membangun serta mengadakan jemaah yang bertujuan menyiarkan agama islam dan
guna membuahkan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Kyai
Haji Ahmad Dahlan bercita-cita mendirikan perkumpulan, tetapi perkumpulan itu
tidak terus langsung didirikan bertahap. Mula-mula dipraktekan dulu dalam
bentuk pendidikan, seakan-akan pendirian pendidikan itu menjadi tingkat
persiapan kearah persyarikatan yang sebenarnya.
Kyai
Haji Ahmad Dahlan seorang pendidika dan organisator yang berhaluan maju. Pada
tahun 1911, di Yogyakarta, beliau mendirikan sekolah agama dengan nama “Sekolah
Muhammadiyah”.
Kyai
Haji Ahmad Dahlan tidak mengajar murid-muridnya disurau seperti kelaziman waktu
itu. Beliau menggunakan sebuah gedung sebagai tempat belajar. Gedung itu milik
ayahnya. Kyai Haji Ahmad Dahlan juga menggunakan papan tulis dan meja sebagai
alat pengajaran. Kepada murid-murid Kyai Haji Ahmad Dahlan tidak hanya
mengajarkan pelajaran agama. Pada waktu itu pengajian agama islam hanya
mempelajari pengetahuan agama. Tetapi, di sekolah “Muhammadiyah”, disamping
pendidikan agama juga diajarkan huruf latin dan ilmu-ilmu umum, seperti
berhitung, ilmu bumi, ilmu tubuh manusia, dan sebagainya.
Murid-murid
dan kawan Kyai Haji Ahmad Dahlan mendesaknya untuk mendirikan persyarikatan
guna melaksanakan cita-cita pembaruan agama islam. Mereka menyarankan dan
mendorong Kiai Haji Ahmad Dahlan untuk mewujudkan cita-citaya dalam kehidupan masyarakat
Islam Indonesia. Mereka melihat dan merasakan betapa tingginya dan luhurnya
cita-cita Kiai Haji Ahmad Dahlan itu. Kyai Haji Ahmad Dahlan ingin mengadakan
pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agamaislam. Kiai
selalu mengajak umat islam untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Quran dan Hadist.
Kemudian
hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 18 november 1912 bertepatan dengan
tanggal 8 Zulhijjah. Kiai Haji Ahmad Dahlan dengan bantuan para pemuda,
murid-murid dan para sahabat-sahabatnya mendirikan sebuah perkumplan atau
persyarikatan yang bernama “Muhammadiyah”.
Secara garis besar Muhammadiyah berusaha
mengihupkan kembali ajaran islam yang asli dan murni dan hidup sepanjang
kemauan agama islam, dengan kata lain mengetrapkan ajaran islam sebagai
pandangan hidup dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Sebenarnaya,
timbulnya cita-cita untuk mendirikan persyarikatan Muhammadiyah pada hati
sanubari Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah karena dorongan sebuah ayat firman Allah
yang telah ditelaahnyabenar-benar, yaitu surat Ali-imran , 104 yang artinya:
“Adakanlah
diantara kamu segolongan umat yang menyuruh menusia kepada keutamaan dan
menyuruh berbuat kebajikan serta mencegah berlakunya perbuatan yang mungkar.
Umat yang demikian itulah yang akan berbahagia.”
Dalam hal nama menurut Junus Salam, pernah ditanyakan oleh
bapak Soedja, yaitu seorang murid dan kader Kyai Haji Ahmad Dahlan sendiri.
Ditanyakan, mengapa kyai mengamil nama muhammadiyah yang kedengarannya seperti
nama seorang wanita. Memang banyak nama wanita islam yang berakhiran iyah,
seperti munjiah, Fatimah saadah, dan sebagainya.
Kyai Haji Ahmad Dahlan
menjawab,”muhammadiyah itu bukan nama seorang perempuan, melainkan berarti umat
Muhammad utusan tuhan yang penghabisan.”
Ditilik dari segi etimologi, nama
muhammadiyah itu berasal dari bahasa arab “Muhamad”, yaitu nama rasulullah SAW.
Yang membawa agama islam, dan muhammadiyah berarti pengikut nabi Muhammad.
Nama Muhammadiyah mengandung
pengertian sebagai kelompok orang yang berusaha mengidentifikasikan dirinya
atas membangsakan dirinya sebagai pengikut, penerus dan pelanjut perjuangan
dakwah rasul dalam mengembangkan tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian
dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak perjuangannya ditujukan untuk
mengembangkan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana dikehendaki islam.
Usahausaha dilakukan berdasarkan pola dasar yang telah dicontohkan Rasulullah
Muhammad SAW.
Dengan
pengertian bahwa organisasi Muhammadiyah sebagai pola dan tata kehidupan bersama
Muslim pengikut Muhammad SAW. , Muhammadiyah juga berusaha mencari metologi
pemahaman islam dalam kehidupan sehinnga diperoleh suatu pemahaman yang benar.
Perkembangan
Muhammadiyah dan amal usahanya pada masa awal, tidak dapat dilepaskan dari
kepribadian K.H. Ahmad Dahlan sebagai pemikir dan pendiri di zamannya. Oleh
karena itu untuk lebih memahami perkembangan Muhammadiyah selanjutnya, perlu
dikaji pemikiran Kyai dan bagaimana karya amal usahanya yang tercermin dalam
praktek kehidupannya sehari-hari.
Pada
waktu dibentuk anggaran dasar Muhammadiyah tertera dengan kata-kata yang
sederhana, namun bermakna dalam lagi penuh dinamika. Adapun maksud dan tujuan
persyarikatan Muhammadiyah sebagai tertera dalam anggaran dasarnya adalah:
a. Memajukan
serta mengembirakan pelajaran dan pengajaran agama islam dalam
kalangan-kalangan sekutu-sekutunya.
b. Memajukan
serta mengembirakan hidup sepanjang kemauan agama islam dalam kalangan
sekutu-sekutunya.
Kiai
Haji Ahmad Dahlan dengan organisasi Muhammadiyah menganjurkan agar masyarakat
islam kembali pada ajaran yang termaktud dalam Alquranurkarim yang merupakan
tambahan yang tidak berasal yang tidak berasal dari sumber itu sendiri
hendaknya ditinggalkan.
Dr.
Alfian mengemukakan tesisnya bahwa Muhammadiyah dilahirkan sebagai organisasi
nonpolitik, tetapi memegang peranan penting dalam perubahan politik di
Indonesia. Muhammadiyah merupakan gerakan muslim modernisasi yang besar dan
terbaik organisasinya. Muhammadiyah sudah berhasil menjadikan agama islam
sebagai pegangan dan kepercayaan yang hidup dan aktif di masyarakat.
Ada
tiga hal penilaian atas peraan Muhammadiyah yang saling berkaitan sebagai
berikut:
1. Muhammadiyah
adalah gerakan reform agama
2. Muhammadiyah
adalah peserta perubahan social (agent of social change)
3. Muhammadiyah
termasuk kekuatan politik
Sebagai
gerakan modernis islam, Muhammadiyah itu diantaranya mengambil langkah:
1. Memurnikan
ajaran agama islam dengan menyingkirkan praktek takhayl dan campuran tradisi
dalam pelaksanaannya.
2. Membangkitkan
kembali pengalaman agama islam dengan membuka diri bagi interpretasi modern
agar dapat sesuai dengan perkrmbangan zaman, serta muncul sebagai kekuatan
modernisasi.
3. Melibatkan
diri dalam praktek kehidupan politik dengan caranya sendiri karena merupakan
kelompok besar yang berkepentingan (mayor interest group).
Adapun
tokoh-tokoh pertama yang menjadi anggota pengurus pusat Muhammadiyah yang
berdiri sejak 18 November 1912 adalah:
1. Haji
Ahmad Dahlan (Ketib Amin)
2. Abdullah
Siraf (Penghulu)
3. Haji
Ahmad (Ketib Candana)
4. Haji
Abdurrahman
5. Raden
Haji Sarkawi
6. Haji
Muhammad (Kebayan)
7. Raden
Haji Djaelani
8. Haji
Anies
9. Haji
Muhammad Pakih (Carik).
Mengenai muhammadiyah, pada mulanya
ada angggota keluarga, para lama dan penduduk kampung kauman yang tidak
menyetujui dan sikap Kiai Haji Ahmad Dahlan. Mereka tidak mengerti sikap Kiai
Haji Ahmad Dahlan . dikatakannya Kiai Haji Ahmad Dahlan telah telah murtad dan
keluar dari ajaran agama islam. Bahkan Kiai Haji Ahmad Dahlan pernah dikatakan
kiai Kristen karena telah mendirikan sekolah dengan cara baru, yaitu melengkapi
pembelajaran dengan bangku dan papan tulis.
Bagi Kiai Haji Ahmad Dahlan yang
penting adalah amalan nyata. Amalan yang benar-benar, praktek hidup yang riil
dan bukan hanya rumusan teori yang muluk dan indah di atas kertas, tetapi tidak
dapat dilaksanakan ata sampai tidak dilaksanakan dalam kehidupan sebenarnya.
Bagi beliau merupakan pekerjaan rutin atau tugas sehari-hari untuk masuk
kampung keluar kampung guna menyampaikan dakwah.
2.6.
Perkembangan
Muhammadiyah pada Masa Kyai Haji Ahmad Dahlan
Kebesaran
Muhammadiyah, menyimpan rahasia pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan. Oleh karena
itu perlu diungkap melalui telaah sejarah melalui karya dan amal perjuangannya
secara fenomenologis.
Berikut
ini secara deskriptif akan dipaparkan berbagai usaha dan kegiatan perjuangan
dan amal usaha Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Pada
tahun 1986, Kyai diangkat sebagai khatib dengan gelar Ketib Amin oleh kerajaan
Ngayogyakarta Hadiningrat dalam usianya yang relative muda sekitar 28 tahun,
ketika ayahanda Kyai mulai uzur dari jabatan serupa.
Satu
tahun setelah menjabat khatib (1898), Kyai Ahmad Dahlan mempelopori musyawarah
alim ulama di Yogyakarta. Musyawarah ini kelak member inspirasi kepada beliau
untuk membentuk satu badan dilingkungan Muhammadiyah yang diberi nama
musyawarah ulama pada tahun 1922 yang berfungsi mewujudkan persatuan ulama
diseluruh Hindia Belanda dan seluruh dunia, disamping mempunyai tugas khusus
untuk merumuskan berbagai hokum islam yang akan diamalkan oleh muhammadiyah.
Musyawarah
ulama tersebut mendorong dibentuknya majlis tarjih pada tahun 1927, yang
konsepsi program dan fungsinya disusun oleh suatu tim (komisi) yang diketuai
oleh Kyai Mas Mansur.
Pada
waktu berlangsung musyawarah ulama than 1898, yang menjadi pokok pembicaraan
para ulama adalah sekitar masalah kiblat Masjid Besar Yogyakarta. Kyai
berpendapat bahwa Masjid Besar perlu dibetulkan karena tidak sesuai dengan
perhitungan yang tepat. Padahal menurut ilmu falak dan eksak, hal demikian
tidak benar, perhitungan falakiah menunjukkan arah kiblat dari pulau jawa ke
mekah seharusnya condong kira-kira 24,5 derajat kearah utara. Pendapat Kyai ini
didasarkan pada analisa dan perhitungannya menurut metode Ilmu Falaq yang
memang dikuasainya. Kyai Haji Ahmad Dahlan langsung bertindak, dengan
mengumpulkan semua muridnya dan memberitahukannya. Akan tetapi sebagian besar
ulama menentang pendapat tersebut.
Satu
tahun setelah pertemuan para ulama di Yogyakarta, pada tahun 1899, Kyai Haji
Ahmad Dahlan memperluas bangunan surau (langgar) yang terletak disamping
rumahnya Kauman Yogyakarta sekaligus membetulkan arah kiblat surau tersebut.
Perbuatan
Kyai tersebut ditentang baik oleh para ulama dan masyarakat, para pejabat Kauman
tempat tinggalnya. Perbedaan pendapat tersebut menjadi tajam dan berakibat Kyai
dikucilkan oleh masyarakatnya (Kauman) dan bahkan suraunya dirobohkan.
Menghadapi kenyataan yang pahit ini Kyai tetap sabar dan teguh mempertahankan
keyakinan kebenaran analisanya. Dan untuk menghindari bentrokan fisik, Kyai
memilih pergi ketika suraunya akan dirobohkan. Mengenai hal ini, bersama Nyai
Ahmad Dahlan pergi untuk meninggalkan kota Yogyakarta. Tetapi kakaknya Kyai,
Haji Saleh berhasil menyusulnya, dan dapat menyabarkan. Bahkan Kyai Haji Saleh
mengatakan bahwa mesjid akan dibangun kembali, ternyata pendapat Kiai Haji
Ahmad Dahlan mengenai arah kiblat tersebut benar dan diikuti. Masyarakat kauman
yang fanatik, oleh kesabaran, keuletan dan keteghan hati serta komunikasi Kyai
yang dialogis, menyebabkan masyarakat Kauman itu justru kelak menjadi
pendukungnya yang fanatik terhadap gerakan pembaharuan yang dilakukannya dan
menjadi basis gerakan Muhammadiyah hingga sekarang.
Untuk
berapa lama kiblat mesjid besar tetap sebagaimana semula, sebelum akhirnya
diubah sebagaimana sekarang, pembetulan arah kiblat mesjid besar tersebut,
berakibat beberapa mesjid di Yogyakarta ikut disesuaikan. Perubahan atau lebih
tepat penyesuaian arah kiblat tersebut bkan saja menjadi bukti integritas
pemikirank Kyai dan kepribadiannya, akan tetapi kehadiran ilmu pengetahan
dengan metode ilmiahnya menjadi bagian dari pemahaman dan pengalaman istilah
yang sebelumnya asing bagi masyarakat islam termasuk para ulamanya.
Di
dalam sebuah tulisan Kyai “Tali Pengikut Hidup”, yang disusun oleh para sahabat
dan murid-muridnya dengan jelas Kyai mennjuk ilmu Manthiq (logika) sebagai
metode (alat) untuk mengembangkan akal pikiran yang menjadi kebutuhan manusia
dalam memahami dan mengamalkan ajaran (amr) islam sebagaimana diuraikan.
Tahun
1902, Kyai Haji Ahmad Dahlan memasuki Boedi Oetomo, satu tahun setelah didirikannya
organisasi tersebut yang merupakan organisasi nasional yang kemudiian menjadi
awal kebangkitan semangat kebangsaan Indonesia. Salah sat pertimbangan Kyai
memasuki Boedi Oetomo, disamping sebagai semangat kebangsaannya, adalah ntuk
memperlancar usaha dakwa yang dilakukan tanpa mengenal lelah.
Dengan
keanggotaannya di Boedi Oetomo itu pula yang member peluang Kyai untuk berdakwa
terhadap anggota Boedi Oetomo dan kesempatan mengajar agama islam kepada para
siswa yang sekolah di sekolahan Belanda di rumahnya sendiri di Kauman, seperti
di Kweeck school (sekolah raja) di Jetis stiap hari Sabtu dan ahad, serta
mengajar siswa OSVIA (Opleiding School Voor inlandsch Amtenaren/ Sekolah
Pamoong Praja) di Magelang.
Disekitar
tahun keanggotaanya dalam Boedi Oetomo yakni antara tahun 1908-1909, Kyai
mendirikan sekolah yang pertama secara formal yakni Madrasah Ibtidaiyah
(setingkat SD) dan Madrasah Diniyah dirumah beliau sendiri dalam ruang tamnya
yang sempit berukuran 2,5 X 6 M. Sekolah tersebut dikelola dengan mempergunakan
metode dan kurikulum baru, antara lain diajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang
berkembang pada awal abad 20.
Sekolah
tersebut merupakan sekolah pertama yang dibangun dan dikelola oleh pribumi
secara mandiri yang diatur dengan perlengkapan belajar-mengajar modern seperti
: bangku, papan tulis, kursi (dingklik: kursi berkaki empat dari kay dengan
tempat duduk panjang), dan system pengajaran secara klassikal. Suatu system
pengajaran dan pengeloolaan sekolah yang masih asing di kalangan masyarakat
santri, bahkan tidak jarang mereka megatakan sebagai sekolah kafir. Murid
pertama sekolah tersebut hanya 6 (enam) orang, akan tetapi setengah than
kemudian menjadi 20 orang.
Keanggotaan
Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam Boedi Oetomo tersebt bahkan juga memperlancar
pengesahan berdirinya muhammadiyah oleh gubernur jendral Hindia Belanda tiga
than kemudian dan empat tahun setelah berdirinya Boedi Oetomo. Dua tahun
kemudian 1914, pemerintah Hindia Belanda menyerahkan besluit pengesahan
berdirinya Muhammadiyah tertanggal 22 Agustus 1914 dan berlaku mlai tanggal
22/23 Januari 1915.
Semula
wilayah gerak Muhammadiyah terbatas untuk 29 tahundan khusus di daerah
kekuasaan residensi Yogyakarta perubahan dan dan perluasabn muhammadiyah
kemudian secara cepat menyebabkan ketentuan batas wilayah itu harus diubah oleh
pemerintah, yang akhirnya untuk seluruh wilayah kekuasaan Hindia-Belanda.
Proses
pengesahan Pemerintah Hindia Belanda menyimpan sesuat yang menarik. Karena
untuk terbitnya besluit berdirinya muhammadiyah perlu rekomendasi Boedi Oetomo.
Sementara itu Boedi Oetomo bersedia memberikan rekomendasi jika pengurus
muhammadiyah menjadi anggota Boedi Oetomo.
Adalah
sangat mungkin Boedi Oetomo melihat pengaruh social Kyai dan tokoh-tokoh
Mhammadiyah terhadap masyarakat, maka jika orang-orang tersebut berada dipihak
Boedi Oetomo, Belanda akan lebih memperhitungkan gerakan Boedi oetomo, dan
masyarakat akan lebih menaruh kepercayaan terhadapnya.
Setelah
memepertimbangkan dengan seksama, maka 7 pengurus Muhammadiyah termasuk Kyai
yang telah berada di Boedi Oetomo sejak tahun 1909, akhirnya sepakat untuk
memenuhi persyaratan yang diminta Boedi Oetomo.
Dua
tahun sebelum pengesahan Pemerintah Hindia Belanda, muhammadiyah
memproklamirkan bersirinya pada bulan Desember 1912 dengan upacara resmi di
Malioboro dihadiri sekitar 70 orang. Menrut keterangan K.H. AR. Fachruddin,
ketua PP Muhammadiyah sejak1968, tempat yang digunakan untuk upacara berdirinya
Muhammadiyah tersebut adalah disebuah gedung yang sekarang menjadi ggedung DPRD
DIY.
Bertepatan
dengan terdbitnya besluit pengesahan berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1914,
Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan perkumpulan kaum ibu yang diberi nama
Sapatresna, yang kelak diubah namanya menjadi 'Aisyiyah.
Dengan
kegigihan dan pengorbanan Haji Ahmad Dahlan, satu tahun sebelum Kyai wafat,
tahun 1922, delapan jenis sekolah telah didirikan Muhammadiyah dengan 73 orang
guru dan 1.019 orang siswa.
Sekolah-sekolah
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Opleiding
School di Magelang
2. Kweeck
School di Magelang dan Purworejo
3. Normal
School di Blitar
4. NBS
di Bandung
5. Algemeene
Midelbare School di Surabaya
6. TS,
di Yogyakarta
7. Sekolah
Guru di Kotagede
8. Hoogere
Kweeck school di Purworejo.
Sekolah
gru di Kotagede, didirikan Muhammadiyah dengan perkumpulan Krido Mataram Kotagede.
Beberapa sekolah laid an pondok telah berdiri di Kauman sebelum Muhammadiyah
secara resmi berdiri.
Melihat
perkembangan sekolah dan pendidikan Muhammadiyah yang pesat, maka dibentuk suat
badan yang khusu mengurusi suatu badan yang khusus mengurusi masalah tersebut
yakni, bagian pengajaran dan penilik/ pemeriksa pelajaran agama. Adapun pengrus
bagian ini yang pertama adalah sbb :
Ketua : Haji Hisyam
Anggota-anggota : 1. R. Haji Ali
2. R. danuwijoto
3. Haji Abdul Djawad
4. Haji Abdurrahim
5. H. Abdurrachman Machdum
6. R. Sosrosoegondo
7. Haji Sahid
8. Haji Djoenaid Siradj
9. Haji Moeqrie
10. Haji Nawawi
Sementara
itu penilik serta pemeriksa pelajaran agama adalah : 1. R. Haji Djalal 2. R.
Haji Hadjid.
Muhammadiyah mempelopori pengelolaan
perjalanan haji ke tanah suci secara modern dengan mendirikan kapal haji.
Perjalanan haji itu kini dikelola pemerintah, yakni departemen agama.
2.6. PENGALAMAN ORGANISASI
Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang
gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang
wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi
wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan
mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan
dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat
mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi
Muhammad SAW.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita
pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu
pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam
Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan
pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal Dahlan telah
menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial
dan bergerak di bidang pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga
mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya.
Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la
dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang
menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen,
mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang
kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain.
Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah
khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang yang hendak
membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan
pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan
pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus
1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh
bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul
kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya
dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang
Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia
Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan
menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain.
Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah[4] di Garut. Sedangkan di Solo berdiri
perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh
Fathonah
(SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota
Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk
mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.
Perkumpulan-perkumpulan dan Jama'ah-jama'ah ini mendapat
bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kanu
wal- Fajri,
Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi.
Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain
seperti Pastur van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah
pastur pertama yang diajak dialog oleh Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang
merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai Dahlan tidak
ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad
Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui
relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan
sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama
dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan
terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di
seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada
pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di
seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas
gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota
Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam
Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah,
telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun),
yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).
3.7. Pahlawan
Nasional
Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan
kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka
Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar
penetapan itu ialah sebagai berikut:
- KH.
Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari
nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
- Dengan
organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran
Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan,
kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan
Islam;
- Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan
- Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
DAFTAR PUSTAKA
Mulkhan, A.M. (1990). K.H.Ahmad
Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta : BUMI AKSARA.
Kutoyo., Sutrisno. Kiai Haji Ahmad
Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah. Balai Pustaka.
Hefner, R.W., Mulyadi Sukidi., Mulkhan, A.M (2008). Api Pembaharuan Kiai Ahmad
Dahlan. Yogyakarta : Multi Pressindo Yogyakarta
Wikepedia (2011). Ahmad Dahlan. From http://www.tokoh-indonesia.com/ensiklopedi/a/ahmad-dahlan/index.html.
14 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar