Kamis, 04 Oktober 2012

Napoleon Bonaparte


BAB I I
PENDAHULUAN
2.1  NAPOLEON BONAPARTE 1769-1821
Napoleon Bonapate adalah seorang tokoh di dunia yang cukup mempengaruhi kehidupan dunia pada masanya, khususnya Negara prancis semasa pemerintahannya. Napoleon Bonapate merupakan seorang militer Prancis yang dapat menggulingkan dan mengambil alih kekuasaan Perancis serta mengadakan perlawanan dengan beberapa Negara lainnya dengan pasukan yang dipimpinnya.
2.1.1 Riwayat Kelahiran Napoleon Bonaparte
Napoleon Bonaparte adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Ia lahir di Casa Bounaparte, di kota Ajaccio, Korsika, pada tanggal 15 Agustus 1769 dan meninggal pada tangggal 5 Mei 1821 pada umur 51 tahun, satu tahun setelah kepulauan tersebut diserahterimakan Republik Genoa kepada Perancis. Ia lahir dengan nama Napoleone di Bounaparte, namun ia mengubah namanya menjadi Napoléon Bonaparte yang lebih berbau Perancis.

Corsica masuk wilayah kekuasaan Perancis cuma lima belas bulan sebelum Napoleon lahir, dan pada saat-saat remajanya Napoleon seorang nasionalis Corsica yang menganggap Perancis itu penindas. Tetapi, Napoleon dikirim masuk akademi militer di Perancis dan tatkala dia tamat tahun 1785 pada umur lima belas tahun dia jadi tentara Perancis berpangkat letnan.
2.1.2 Asal-Usul dan Pendidikan
Ayah Napoleon, Carlo Bounaparte adalah perwakilan Korsika di Kerajaan Louis XVI. Keluarga Bounaparte adalah keluarga bangsawan yang berasal dari Italia, yang pindah ke Korsika di abad ke-16/ Ayahnya, Nobile Carlo Bounaparte, seorang pengacara, pernah menjadi perwakilan korsika saat Louis XVI berkuasa di tahun 1777. Ibunya bernama Maria Letizia Ramolino. Ia memiliki seorang kakak, Joseph; dan 5 adik, yaitu Lucien, Elisa, Louis, Pauline, Caroline, dan Jérôme. Napoleon di baptis sebagai katolik beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang kedua, tepatnya tanggal 21 Juli 1771 di Katerdal Ajaccio.
Kebangsawanan, kekayaan, serta koneksi keluarganya yang luas memberikan Napoleon kesempatan yang luas untuk belajar hingga ke jenjang yang tinggi. Pada bulan Januari 1779, Napoleon didaftarkan pada sebuah sekolah agama di Autun, Perancis, untuk belajar bahasa Perancis, dan pada bulan Mei ia mendaftar di sebuah akademi militer di Brienne-le-Château. Di sekolah, ia berbicara dengan logat Korsika yang kental sehingga ia sering dicemooh teman-temannya; memaksanya untuk belajar. Napoleon pintar matematika, dan cukup memahami pelajaran sejarah dan geografi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Brienne pada 1784, Napoleon mendaftar di sekolah elit École Militaire di Paris. Di sana ia dilatih menjadi seorang perwira artileri. Ketika bersekolah di sana, ayahnya meninggal. Ia pun dipaksa menyelesaikan sekolah yang normalnya memakan waktu dua tahun itu menjadi satu tahun. Ia diuji oleh ilmuwan terkenal Pierre-Simon Laplace, yang di kemudian hari ditunjuk oleh Napoleon untuk menjadi anggota senat.
Ia menjadi siswa di Akademi Militer Brienne tahun 1779 pada usia 10 tahun, kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun. Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan: menembakkan meriam di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon berusia 26 tahun. Berbagai perang yang dimenangkannya diantaranya melawan Austria dan Prusia.
2.2  NAPOLEON DAN PERANCIS
2.2.1 Tidak Tanduk Napoleon di Perancis
Napoleon adalah seorang militer yang menjatuhkan pemerintahan Prancis pada tahun 1799 dan setelah itu mengambil alih kekuasaan bukan saja di Prancis tetapi juga di seluruh wilayah yang ditaklukkan oleh angkatan bersenjata Prancis. Kemudian, sebagai seorang jendral, beliau memimpin pasukannya untuk berperang melawan Kerajaan Austria, Kekaisaran Rusia dan Raja Inggris.
Empat tahun kemudian Revolusi Perancis meledak dan dalam beberapa tahun pemerintah baru Perancis terlibat perang dengan beberapa negara asing. Kesempatan pertama Napoleon menampakkan kebolehannya adalah di tahun 1793, dalam pertempuran di Toulon (Perancis merebut kembali kota itu dari tangan Inggris), tempat Napoleon bertugas di kesatuan artileri. Pada saat itu dia sudah tidak lagi berpegang pada paham nasionalis Corsicanya, melainkan sudah menganggap diri orang Perancis. Sukses-sukses yang diperolehnya di Toulon mengangkat dirinya jadi brigjen dan pada tahun 1796 dia diberi beban tanggung jawab jadi komando tentara Perancis di Itali. Di negeri itu, antara tahun 1796-1797, Napoleon berhasil pula merebut serentetan kemenangan yang membuatnya seorang pahlawan tatkala kembali ke Perancis.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.
Begitu sampai di Perancis, Napoleon yang jeli itu dapat berkesimpulan bahwa rakyat Perancis lebih terkenang dengan kemenangan-kemenangannya di Itali ketimbang kegagalan ekspedisi Perancis ke Mesir. Berpegang pada fakta ini, hanya sebulan sesudah dia menginjak bumi Perancis, Napoleon ambil bagian dalam perebutan kekuasaan bersama Albe Sieyes dan lain-lainnya. Kup ini melahirkan sebuah pemerintah baru yang disebut "Consulate" dan Napoleon menjadi Konsul pertama. Kendati konstitusi sudah disusun dengan cermat dan diterima lewat persetujuan plebisit rakyat, ini cuma kedok belaka untuk menutupi kediktatoran militer Napoleon yang dengan segera mampu menyikut dan melumpuhkan lawan-lawannya.
Naiknya Napoleon ke tahta kekuasaan betul-betul menakjubkan. Tepatnya di bulan Agustus 1793, sebelum pertempuran Toulon, Napoleon samasekali tidak dikenal orang. Dia tak lebih dari seorang perwira rendah berumur dua puluh empat tahun dan bukan sepenuhnya orang Perancis. Tetapi, kurang dari enam tahun kemudian --masih dalam usia tiga puluh tahun-- sudah menjelma jadi penguasa Perancis yang tak bisa dibantah lagi, posisi yang digenggamnya selama lebih dari empat belas tahun.
Di masa tahun-tahun kekuasaannya, Napoleon melakukan perombakan besar-besaran dalam sistem administrasi pemerintahan serta hukum Perancis. Misalnya, dia merombak struktur keuangan dan kehakiman, dia mendirikan Bank Perancis dan Universitas Perancis, serta menyentralisir administrasi. Meskipun tiap perubahan ini punya makna penting, dan dalam beberapa hal punya daya pengaruh jangka lama khususnya untuk Perancis, tidaklah punya pengaruh yang berarti buat negeri lain.
Tetapi salah satu perombakan yang dilakukan oleh Napoleon punya daya pengaruh yang melampaui batas negeri Perancis sendiri. Yaitu, penyusunan apa yang termasyhur dengan sebutan Code Napoleon. Tanggapan Belanda terhadap Code Napoleon, kode sipil Prancis, sebagai sebuah kemajuan yang besar dibandingkan dengan hukum lokal mereka. Kode sipil yang baru menciptakan aturan hukum yang memperlakukan setiap orang dengan sejajar, dan proses peradilan dilakukan secara terbuka. Para penentangnya berpendapat bahwa Napoleon tidak mempertimbangkan budaya dan tradisi lokal yang jumlahnya sangat banyak. Panggilan untuk menjalankan wajib militer juga mengundang banyak pertentangan terutama ketika tuntutan untuk berperang bagi para prajurit tampaknya tidak pernah berakhir.Dalam banyak hal, code ini mencerminkan ide-ide Revolusi Perancis. Misalnya, di bawah code ini tidak ada hak-hak istimewa berdasar kelahiran dan asal-usul, semua orang sama derajat di mata hukum. Berbarengan dengan itu code tersebut cukup mendekati hukum-hukum lama dan adat kebiasaan Perancis sehingga diterima oleh rakyat Perancis dan sistem pengadilannya. Secara umum, code itu moderat, terorganisir rapi dan ditulis dengan ringkas, jelas, serta dapat diterima, tambahan pula mudah difahami. Akibatnya, code ini tidak hanya berlaku di Perancis (hukum perdata Perancis yang berlaku sekarang hampir mirip dengan Code Napoleon itu) tetapi juga diterima pula di negeri-negeri lain dengan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan keperluan setempat.
Politik Napoleon senantiasa menumbuhkan keyakinan bahwa dialah seorang yang membela Revolusi Perancis. Tetapi, di tahun 1804 dia sendiri pula yang memperoklamirkan diri selaku Kaisar Perancis. Tambahan lagi, dia mengangkat tiga saudaranya keatas tahta kerajaan di beberapa negara Eropa. Langkah ini tidak bisa tidak menumbuhkan rasa tidak senang pada sebagian orang-orang Republik Perancis yang menganggap tingkah itu sepenuhnya merupakan pengkhianatan terhadap ide-ide dan tujuan Revolusi Perancis. Tetapi, kesulitan utama yang dihadapi Napoleon adalah peperangan dengan negara-negara asing.
Di tahun 1802, di Amiens, Napoleon menandatangani perjanjian damai dengan Inggris. Ini memberi angin lega kepada Perancis yang dalam tempo sepuluh tahun terus-menerus berada dalam suasana perang. Tetapi, di tahun berikutnya perjanjian damai itu putus dan peperangan lama dengan Inggris dan sekutunya pun mulai lagi. Walaupun pasukan Napoleon berulang kali memenangkan pertempuran di daratan, Inggris tidak bisa dikalahkan kalau saja armada lautnya tak terlumpuhkan. Malangnya untuk Napoleon, dalam pertempuran yang musykil di Trafalgar tahun 1805, armada laut Inggris merebut kemenangan besar. Karena itu, pengawasan dan keampuhan Inggris di lautan tidaklah perlu diragukan lagi. Meskipun kemenangan besar Napoleon (di Austerlitz melawan Austria dan Rusia) terjadi enam minggu sesudah Trafalgar, hal ini sama sekali tidak bisa menghapus kepahitan kekalahan di sektor armada laut.
Di tahun 1808 Napoleon perbuat ketololan besar melibatkan Perancis ke dalam peperangan yang panjang dan tak menentu ujung pangkalnya di Semenanjung Iberia, tempat tentara Perancis tertancap tak bergerak selama bertahun-tahun. Tetapi, kekeliruan terbesar Napoleon adalah serangannya terhadap Rusia. Di tahun 1807 Napoleon bertemu muka dengan Czar, dan dalam perjanjian Tilsit mereka bersepakat menggalang persahabatan abadi. Tetapi, persepakatan dan persekutuan itu lambat laun rusak, dan di tahun 1812 bulan Juni Napoleon memimpin tentara raksasa menginjak-injak bumi Rusia.
Hasil dari perbuatan ini sudah sama diketahui. Tentara Rusia umumnya menghindar dari pertempuran langsung berhadapan dengan tentara Napoleon, karena itu Napoleon dapat maju dengan cepatnya. Di bulan September Napoleon menduduki Moskow. Tetapi, orang Rusia membumihanguskan kota itu dan sebagian besar rata dengan tanah. Sesudah menunggu lima minggu di Moskow (dengan harapan sia-sia Rusia akan menawarkan perdamaian), Napoleon akhirnya memutuskan mundur, tetapi keputusan ini sudah terlambat. Gabungan antara pukulan tentara Rusia dan musim dingin yang kejam, tak memadainya suplai pasukan Perancis mengakibatkan gerakan mundur itu menjadi gerakan mundur yang morat-marit. Kurang dari sepuluh persen tentara raksasa Perancis bisa keluar dari bumi Rusia hidup-hidup.
Negara-negara Eropa lain, seperti Austria dan Prusia, sadar benar mereka punya kesempatan baik menghajar Perancis. Mereka menggabungkan semua kekuatan menghadapi Napoleon,dan pada saat pertempuran di Leipzig bulan Oktober 1813, Napoleon kembali mendapat pukulan pahit hingga sempoyongan. Tahun berikutnya dia berhenti dan dibuang ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di lepas pantai Itali.
Di tahun 1815 dia melarikan diri dari Pulau Elba, kembali ke Perancis, disambut baik dan kembali berkuasa. Kekuatan-kekuatan Eropa segera memaklumkan perang dan seratus hari sehabis duduknya lagi ia di tahta kekuasaan, Napoleon mengalami kekalahan yang mematikan di Waterloo.
Sesudah Waterloo, Napoleon dipenjara oleh orang Inggris di St. Helena, sebuah pulau kecil di selatan Samudera Atlantik. Di sinilah dia menghembuskan nafasnya yang terakhir tahun 1821 akibat serangan kanker.
Pada masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh dataran Eropa baik dengan diplomasi maupun peperangan. Diantaranya adalah Belanda dengan diangkatnya adiknya Louis Napoleon,Spanyol dengan diangkatnya Joseph Napoleon, Swedia dengan diangkatnya Jenderal Bernadotte sebagai raja yang kemudian melakukan pengkhianatan, sebagian besar wilayah Italia yang direbut dari Austria dan Polandia dengan diangkatnya Joseph Poniatowski sebagai wali negara Polandia.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Tetapi di bidang strategi dasar dia merosot akibat bikin kekeliruan-kekeliruan besar, seperti misalnya penyerbuan ke Mesir dan Rusia. Berhubung Napoleon pada akhirnya dapat dikalahkan di tahun 1815, Perancis memiliki daerah lebih kecil ketimbang yang pernah dipunyainya di tahun 1879, saat pecahnya Revolusi. Menurut taksiran, sekitar 500.000 tentara Perancis mati dalam perang Napoleon, sedang sekitar 800.000 orang Jerman tewas selama Perang Dunia ke-2.
Banyak orang bilang, masa Napoleon menyediakan peluang bagi perubahan-perubahan bagi terkonsolidasinya dan semakin mapannya kaum borjuais Perancis. Di tahun 1815, tatkala monarki Perancis akhirnya tersusun kembali, perubahan-perubahan ini ditopang dan dilindungi begitu baiknya sehingga kemungkinan bisa kembalinya pola-pola sosial orde lama suatu hal yang sepenuhnya mustahil. Tetapi, perubahan terpenting sebetulnya terjadi dan tersusun sebelum Napoleon. Pada tahun 1799 ketika Napoleon memegang kendali pemerintahan mungkin setiap jalan ke arah kembalinya ke masa status quo sudah terlambat. Tetapi, lepas dari ambisi Napoleon sendiri yang keraja-rajaan, dia memang pegang peranan penting menyebarnya ide revolusi ke seluruh Eropa.
Napoleon jelas memainkan perang penting dalam sejarah Eropa pada saat itu. Salah satu pencapaiannya yang penting adalah modernisasi prosedur administrasi dan sistem peradilan di wilayah kekuasaannya. Beliau juga menerapkan sistem bobot (kilogram) dan juga sistem pengukuran (meter) yang baru. Selain itu, pendaftaran kelahiran, kematian dan perkawinan diperkenalkan serta setiap orang diharuskan mempunyai nama keluarga.
Napoleon juga membawa akibat timbulnya pengaruh-pengaruh luas dan besar dalam revolusi Amerika Latin. Penyerbuannya ke Spanyol melemahkan pemerintahan Spanyol sehingga cengkraman kolonialnya di daerah-daerah jajahannya juga dengan sendirinya melonggar dan tidak efektif. Dalam situasi de facto otonomi inilah gerakan-gerakan kemerdekaan Amerika Latin mulai meletus.
2.2.2 Napoleon di Pertempuran Waterloo.
Dari semua langkah perbuatan Napoleon, yang paling penting dan paling punya pengaruh berjangka panjang justru yang berada di luar rencananya dan tidak ada sangkut pautnya dengan rencana Napoleon sendiri.
Di tahun 1803, Napoleon menjual daerah luas kepada Amerika Serikat. Dia tahu, milik Perancis di Amerika Utara sulit dilindungi menghadapi serangan-serangan Inggris. Selain itu, dia juga perlu duit, penjualan tanah Louisiana itu mungkin merupakan jual-beli tanah secara damai yang terbesar dalam sejarah sekaligus mengubah Amerika Serikat menjadi suatu negara yang berukuran benua. Sukar dibayangkan apa bentuknya Amerika Serikat tanpa Louisiana ini. Pasti akan merupakan negeri yang samasekali berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang. Dan pula layak diragukan Amerika Serikat bisa menjadi negeri kuat tanpa jual-beli Louisiana ini.
Napoleon, tentu saja, bukanlah satu-satunya orang yang berperanan dan bertanggung jawab atas penjualan ini. Pemerintah Amerika jelas pegang peranan pula. Tetapi, penawaran Perancis menjual Louisiana diputuskan dalam perundingan oleh satu orang. Dan orang itu Napoleon Bonaparte.
2.2.3 Kondisi Prancis Pasca Revolusi 1789
Pasca revolusi, keadaan Prancis tidak stabil dan sering terjadi kegoncangan. Setelah monarki parlementer dibubarkan, kemudian Prancis berubah menjadi bentuk Republik. Perubahan ke bentuk Republik ini terlebih dahulu diawali dengan pelaksanaan Pemilihan Umum. Di bawah pemerintahan baru ini, Prancis mencoba mempertahankan revolusi, termasuk memerangi negara-negara yang berusaha menggagalkan hasil revolusi Prancis. Dikirimlah pasukan-pasukan ke perbatasan Prusia dan Austria dengan tujuan untuk membebaskan semua penduduk Eropa dari tirani dengan menumbangkan kekuasaan raja-raja absolut. Napoleon Bonaparte pada saat ini mulai tampil membawa kemenangan bagi pasukan Prancis. Di antara keberhasilannya tersebut adalah mengusir Inggris dari Spanyol serta mengalahkan Austria di perbatasan Italia Utara pada tahun 1796.
Konsentrasi pemerintahan republik yang baru, lebih diarahkan pada bidang militer tersebut menyebabkan timbulnya krisis di dalam negeri. Perekonomian masyarakat merosot secara tajam dengan ditandai oleh kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok yang diperlukan rakyat. Hal ini memicu terjadinya kerusuhan massa sebagai bentuk ketidakpuasaan rakyat terhadap pemerintahan yang baru. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh seorang tokoh politik radikal yang bernama Maximillian de’Robespierre untuk melakukan aksi teror. Ia memiliki keyakinan bahwa untuk menyelamatkan revolusi perlu dibentuk sebuah pemerintahan yang keras dan harus menindak tegas setiap orang yang dianggap kontra revolusi. Akhirnya selain di bawah kepemimpinannya telah mengeksekusi sekitar 2500 orang yang dianggap kontra revolusi dengan alat guillotine. Tentu saja banyak yang tidak setuju dengan pola pemerintahan yang dijalankan oleh Robespierre. Pada akhirnya kekuasaan dapat direbut oleh anggota konvensi dari pemerintahan republik. Pada bulan Oktober 1795, dibentuklah pemerintahan baru yang lebih moderat yang berasal dari golongan borjuis. Pemerintahan baru yang disebut Pemerintahan Direktory ini dipimpin oleh warga negara terbaik yang berjumlah lima orang yang dipilih oleh parlemen. Akan tetapi ternyata pemerintahan direktory dianggap tidak demokratis dengan dihapuskannya hak pilih bagi wanita dan penduduk miskin. Selain itu, pemerintahan direktory dianggap sering melakukan pelanggaran konstitusional yang akan mengancam kesatuan nasional yang tengah dilanda revolusi. Akhirnya muncullah desakan dari rakyat Prancis untuk membubarkan pemerintahan direktory dan memilih Napoleon Bonaparte yang pada saat itu dianggap sebagai pahlawan untuk memegang tampuk pimpinan pemerintahan Prancis. Napoleon Bonaparte dilahirkan di Corsica dari sebuah keluarga keturunan bangsawan rendahan. Karir politik Napoleon dimulai dari seorang letnan artileri yang telah berhasil secara gemilang mengalahkan Prusia dan Austria yang merupakan musuh Prancis. Pada saat itu, ia dianggap pahlawan oleh sebagian besar rakyat Prancis yang mengalami kekecewaan terhadap revolusi. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Napoleon dengan menunjukkan dirinya sebagai tokoh yang demokratis. Setelah melalui proses referendum, akhirnya Napoleon diangkat menjadi pemimpin Prancis.
Pada kenyataannya, pemerintahan yang dijalankan oleh Napoleon lebih bersifat diktator. Hal ini ditunjukkan dengan disingkirkannya semua kelompok oposisi serta mengekang kebebasan politik dan kebebasan pers. Semua kekuasaan politik dikendalikan oleh Napoleon atas nama Konsul Pertama (First Consul). Akan tetapi hal itu tidak dipedulikan oleh rakyat Prancis, sebab walau bagaimanapun Napoleon telah berhasil membangun suatu stabilitas politik yang selama ini sangat dirindukan pasca revolusi. Keberhasilan militernya dalam menguasai daerah-daerah yang dianggap sebagai musuh Prancis semakin menaikkan pamornya di mata rakyat. Oleh karena itu, pada saat Napoleon mengangkat dirinya menjadi kaisar, mayoritas rakyat melalui referendum menyetujui pengangkatannya tersebut. Dengan demikian, republik Prancis kini berubah menjadi sebuah imperium dengan dipimpin oleh Napoleon Bonaparte yang bergelar Kaisar Napoleon I.
Napoleon memiliki ambisi untuk menyatukan seluruh wilayah Eropa ke dalam kekuasaan Perancis. Tentu saja ambisi tersebut tidak mudah diwujudkan, sebab mendapat tantangan yang keras dari negara-negara Eropa lainnya. Negara-negara Eropa seperti Inggris, Swedia, Spanyol, Prusia dan Austria segera membentuk pasukan koalisi yang berusaha untuk membendung ambisi Napoleon. Terjadilah perang koalisi yang berlangsung antara tahun 1792 sampai tahun 1815. Pada tahun 1813, pasukan Napoleon mengalami kekalahan dari pasukan koalisi di daerah Leip ig. Napoleon berhasil ditangkap dan dibuang ke pulau Elba yang berada di pantai Italia.
Dengan tertangkapnya Napoleon, imperium Prancis secara otomatis menjadi bubar. Napoleon sempat melarikan diri dan segera memimpin kembali pasukan Perancis untuk menghadapi tentara koalisi. Akan tetapi akhirnya Napoleon mengalami kekalahan kembali dalam pertempuran di Waterloo pada tahun 1815. Napoleon kembali dibuang dan kali ini dibuang di suatu pulau terpencil St. Helena sampai ia meninggal pada tahun 1821. Pasca penangkapan Napoleon akhirnya dilangsungkanlah kongres Wina di Austria pada tahun 1815. Kongres tersebut menyepakati dikembalikannya dan dipulihkannya keadaan Prancis seperti sebelum Napoleon berkuasa.


















BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
            Napoleon Bonaparte adalah seorang yang bukan asli Perancis namun dapat naik ke tahta kekuasaan Perancis, melakukan perbaikan dan perombakan dalam struktur pemerintahan Negara perancis terutama yang terkenal dengan nama code napoleon. Code napoleon merupakan kode sipil Perancis, yang memperlakukan semua individu sejajar.
            Masa kekuasaan Napoleon penh dengan peperangan dengan Negara-negara luar demi memperluas daerah kekuasaan. Diantara Negara-negara yang sering berperang dengan Perancis semasa pemerintahan Napoleon seperti Inggris, Austia, Rusia dan Mesir.
            Keberadaan Napoleon dalam pemerintahan memiliki peran penting dalam sejarah eropa antara lain modernisasi prosedur administrasi dan system peradilan.
3.2 SARAN
            dari uraian panjang di atas penulis menyarakan bahwa dalam sebuah pemerintahan diperlukan sebuah ketegasan dan ketegasan tersebut bukan dalam artian penindasan dan kesewenang-wenangan. Seorang pemimpin harus konsisten dengan apa yang telah ia ucapkan dan yang telah ia tetapkan.







DAFTAR PUSTAKA
Michael H. Hart(1978). Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta Pusat: PT. Dunia Pustaka Jaya
tarunasena M. (2011). Kondisi Prancis pasca Revolusi 1789. From : http://id.shvoong.com/humanities/history/2139057-kondisi-prancis-pasca-revolusi-1789/. 2 juli 2011
wikepedia (2011). Napoleon Bonaparte. From :  http://id.wikipedia.org/wiki/Napoleon_Bonaparte. 2 juli 2011
http://entoen.nu/napoleon/id




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar